Fantasi Buku

 

Sumber: pixabay.com

Fantasi Buku

Karya sastra Angkatan 20-30-an merupakan awal tumbuh sastra Indonesia. Angkatan 20-30an merupakan tonggak perkembangan sastra Indonesia. Karya sastra Angkatan 20-30-an hampir tidak dikenal oleh sebagian besar generasi muda Indonesia. Generasi muda zaman sekarang menilai cerita-cerita dalam novel Angkatan 20-30-an tergolong klasik. Sementara itu, buku nonfiksi membahas ilmu pengetahuan umum.

 

Unsur-Unsur Buku Fiksi dan Nonfiksi

Unsur buku fiksi terdiri atas kover atau sampul buku, kata pengantar, daftar isi, isi buku yang meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik karya sastra meliputi tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, tema, dan amanat. Akan tetapi, tidak semua buku fiksi memiliki kata pengantar dan daftar isi. Unsur ekstrinsik karya sastra meliputi bahasa, latar belakang pengarang, dan nilai-nilai dalam karya sastra.

Unsur buku nonfiksi meliputi kover atau sampul buku, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, isi, penutup atau simpulan, dan daftar pustaka. Buku fiksi dan buku nonfiksi dikatakan bagus jika memiliki keterkaitan antara unsur satu dengan unsur yang lain.

 

Buku fiksi Angkatan 20-30-an memiliki ciri-ciri struktur estetik. Ciri-ciri struktur estetik Angkatan 20-30-an menurut Rachmat Djoko Pradopo.

  1. Gaya bahasa novel Angkatan 20-30-an menggunakan perumpamaan klise, pepatah, dan peribahasa. Novel Angkatan 20-30-an menggunakan bahasa percakapan sehari-hari yang berbeda dengan bahasa sastra lama.
  2. Novel Angkatan 20-30-an sebagian besar menggunakan alur lurus. Ada juga novel Angkatan 20-30-an yang menggunakan alur sorot balik, misalnya Azab dan Sengsara dan Di Bawah Lindungan Kaabah.
  3. Teknik penokohan atau perwatakan dalam novel Angkatan 20-30-an menggunakan analisis langsung dan deskripsi fisik. Tokoh-tokoh dalam novel berwatak datar.
  4. Pusat pengisahan dalam novel Angkatan 20-30-an umumnya menggunakan metode orang ketiga yang bersifat romantik-ironik seperti Sitti Nurbaya. Pelaku cerita tersebut diperlakukan seperti boneka. Ada pula pusat pengisahan dengan metode orang pertama, misalnya novel Kehilangan Mestika dan Di Bawah Lindungan Kaabah.
  5. Novel Angkatan 20–30-an terdapat digresi. Digresi berasal dari kata digressio atau excursus. Dalam bahasa Indonesia, digresi dikenal dengan istilah sisipan atau lanturan. Digresi adalah penyimpangan dari tema pokok sekadar untuk mempercantik cerita dengan unsur-unsur yang tidak langsung berkaitan dengan tema.
  6. Novel Angkatan 20-30-an bersifat didaktis. Sifat didaktis berpengaruh pada gaya penceritaan dan struktur penceritaannya. Semuanya ditunjukkan kepada pembaca untuk memberi nasihat.
  7. Novel Angkatan 20-30-an bercorak romantis. Isi novel jauh dari kehidupan sehari-hari yang menekan.

 

Peta Konsep/Rangkuman Alur dari Buku Fiksi dan Nonfiksi

Langkah-langkah menyusun rangkuman

  1. Membaca buku dengan saksama hingga dua atau tiga kali.

Membaca buku bertujuan untuk mengetahui kesan umum tentang isi buku.

  1. Membaca perintah atau petunjuk dengan teliti.

Kegiatan membaca tersebut bertujuan mengetahui tugas yang harus dikerjakan dan menghindari pelebaran pembahasan.

  1. Membaca sekali lagi teks ulasan untuk mendapatkan gagasan utama.
  2. Menyusun ringkasan sementara menggunakan bahasa sendiri.

Kamu dapat membuat ringkasan dengan menggunakan catatan-catatan yang telah dibuat. Catatan tersebut tentunya sesuai urutan dalam buku.

  1. Membaca kembali ringkasan sementara untuk cek perbaikan.
  2. Menghitung jumlah kata dalam ringkasan sementara.
  3. Menulis ringkasan jadi dan mencantumkan jumlah katanya pada akhir ringkasan.

 

Langkah-langkah menyusun sinopsis

  1. Membaca cerita dengan saksama. Membaca cerita bertujuan untuk memahami jalan cerita secara runtut (kronologis). Tujuannya agar tidak terjadi kesalahan pemahaman cerita.
  2. Menyusun alur atau jalan cerita. Alur atau jalan cerita sebaiknya disusun secara runtut. Urutan cerita dalam sinopsis sesuai alur asli cerita yang kamu baca.
  3. Bahasa yang digunakan peringkas mengutamakan aspek persuasif. Kamu harus menggunakan bahasa menarik. Tujuannya agar pembaca tertarik membaca sinopsismu. Bahasa tersebut harus singkat, jelas, dan tidak menimbulkan salah tafsir pembaca. Sinopsismu harus sesuai dengan cerita aslinya. Jangan menambah atau mengurangi 4)
  4. Sinopsis harus menarik

Sinopsis yang dibuat dapat memberikan rangsangan bagi pembaca. Rangsangan tersebut dapat menarik pembaca untuk membaca naskah aslinya.

 

Tanggapan terhadap Buku Fiksi dan Nonfiksi

Tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi dapat disampaikan secara lisan dan tulis. Secara lisan pembaca dapat menyampaikan tanggapannya kepada orang lain. Tanggapan tersebut didasarkan pada bentuk fisik dan isi buku. Tanggapan yang baik harus berkaitan dengan objek yang ditanggapi. Tanggapan baik harus menyertakan alasan masuk akal yang mudah dipahami orang lain. Tanggapan secara tulis dapat disampaikan pembaca dalam bentuk kritik, esai, atau resensi. Pembaca dapat menilai secara keseluruhan unsur pembangun sebuah buku fiksi dan nonfiksi.

Kritik adalah penilaian terhadap karya untuk mengamati atau menilai baik buruknya suatu karya secara objektif. Esai adalah suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subjek tertentu yang coba dinilainya. Sementara itu, resensi adalah salah satu bentuk tulisan jurnalistik populer yang memiliki aturan-aturan penulisan.

Kritik, esai, dan resensi dapat digunakan untuk menanggapi isi buku fiksi dan nonfiksi. Dalam menyampaikan tanggapan terhadap isi buku fiksi dan nonfiksi, kamu harus memperhatikan struktur kalimat dan pilihan kata yang tepat. Dengan demikian, tanggapanmu secara tertulis dapat dipahami orang lain.

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Fantasi Buku"

Posting Komentar