Contoh Puisi Elegi
Elegi
adalah Puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang. Di
bawah ini adalah beberapa contoh puisi Elegi.
Senja di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar
Buat Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus diri dalam mempercaya mau
berpaut.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Rindu
Karya: Abd. Hamid Wahid
Selepas sepi kembali menggenggam,
suara nafiri sengkala rindu mengayun ufuk waktu.
Lengkingnya merobek senyap membacakan bait-bait sejarah cinta kita
dimasa-masa lalu.
Di kamar ini ada tanya tak berjawab dan jerit tak terucap..
Mensyaratkan rindu syahdu yang dihempas ombak tanpa pantai.
Kapan dapat menuntun khidmat hayatku,
Jika takdir tak berpihak kepada kehendak bersamamu.
Hanya letih dan jenuh yang bisa setia menemani sementara aku dan diriku bercakap-cakap.
Saat malam beranjak meninggi, Hanya rembulan
syahdu memandang berkaca-kaca.
Saat sinar surya merobek kalender,
Kupelajari cara berdesah panjang mengulum zaman.
Hari-hariku sepi, karena aku kubur seusai pemakaman.
Jiwaku perih tanpa bekas-bekas tergores.
Kepada Embun kepada Awan, Damai ada padamu saat fajar dan hujan.
Kusampaikan salam hormatku...
Semoga ketika kue ulang-tahun teriris lagi kelak,
peran sandiwara ini telah usai.
Karena aku tak hendak mengajukan keluhan, ke mahkamah agung dimana Tuhan berta
Anakku
Karya : Y.E. Tatengkeng
Engkau datang menghintai hidup
Engkau datang menunjukkan muka
Tapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang anaknda tak suka.
Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu takkan diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit berguling
Air matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan.
Kau
diam, diam, kekasihku,
Tak
kau katakan barang pesanan,
Akan
penghibur duka di dadaku,
Kekasihku,
anakku, mengapa kian?
Sebagai
anak melalui sedikit,
Akan
rumah kami berdua,
Tak
anak tak insyaf sakit,
Yang
diderita orang tua.
Tangan
kecil lemah tergantung
Tak
diangkat memeluk ibumu,
Menyapu
dadanya, menyapu jantung,
Liburkan hatinya, sayangkan ibumu.
Selekas
anaknda datang,
Selekas
anaknda pulang,
Tinggalkan
ibu sakit terlintang,
Tinggalkan
bapa sakit mengenang.
Selamat
datang anaknda kami,
Selamat
jalan kekasih hati.
Anak
kami Tuhan berikan,
Anak
kami Tuhan panggilkan,
Hati
kami Tuhan hiburkan,
Nama
Tuhan kami pujikan.
Buah
rindu
Karya:
Amir Hamzah
Dikau sambur limbur pada senja
Dikau alkamar purnama raya
Asalkan kanda bergurau senda
Dengan adinda tajuk mahkota.
Dikau alkamar purnama raya
Asalkan kanda bergurau senda
Dengan adinda tajuk mahkota.
Di tuan rama – rama melayang
Di dinda dendang sayang
Asalkan kanda selang menyelang
Melihat adinda kekasih abang.
Di dinda dendang sayang
Asalkan kanda selang menyelang
Melihat adinda kekasih abang.
Ibu, seruku laksana pemburu
Memikat perkutut di pohon ru
Sepantun swara laguan rindu
Menangisi kelana berhati mutu
Memikat perkutut di pohon ru
Sepantun swara laguan rindu
Menangisi kelana berhati mutu
Kelana jauh duduk merantau
Dibalik gunumg dewala hijau
Diseberang laut cermin silau
Tanah jawa mahkota pulau…
Dibalik gunumg dewala hijau
Diseberang laut cermin silau
Tanah jawa mahkota pulau…
Buah kenangku entah kemana
Lalu mengembara kesini sana
Haram berkata sepatah jua
Ia lalu meninggalkan beta.
Lalu mengembara kesini sana
Haram berkata sepatah jua
Ia lalu meninggalkan beta.
Ibu lihatlah anakmu muda belia
Setiap waktu sepanjang masa
Duduk termenung berhati duka
Laksana Asmara kehilangan seroja.
Setiap waktu sepanjang masa
Duduk termenung berhati duka
Laksana Asmara kehilangan seroja.
Bunda waktu tuan melahirkan beta
Pada subuh kembang cempaka
Adakah ibunda menaruh sangka
Bahwa begini peminta anakda ?
Pada subuh kembang cempaka
Adakah ibunda menaruh sangka
Bahwa begini peminta anakda ?
Wah kalau begini naga – naganya
Kayu basah dimakan api
Aduh kalau begini laku rupanya
Tentulah badan lekaslah fani.
Kayu basah dimakan api
Aduh kalau begini laku rupanya
Tentulah badan lekaslah fani.
Dari
Jendela
Karya: Agnes Sri Hartini Arswendo
Dari
jendela kaca kereta senja kusaksikan
Anakku
berlalri menerobos sawah dan kali
Berjalan
di atas batang padi
Dengan
longdress putih dan sayap bidadari
Hujan
turun dan kabut tebal sekali
Itu
semua tak menahan penglihatanku lewat kaca
Itu
semua tak menahan kemauannya menari
Ia
tak menoleh ke arahku
Tapi
aku pasti
Ia
tampak girang sekali
Bermain-main
di tempat tanpa batas
Dari
jendela kaca kereta senja kusaksikan
Wajah
sendiri
Tergeletak
di antara sawah, kali, dan batang padi
Seorang
Musafir Tua
Karya: Moeflich Hasbullah
Selamat
tinggal siang
aku harus kembali pada pelukan malam
letih sekali rasanya hari ini
telah ketelusuri semua lorong mata angin
menyapa setiap butir kehidupan
kutinggalkan jejak-jejak langkah pada setiap debu jalanan
kutorehkan catatan di setiap sudut persinggahan
aku harus kembali pada pelukan malam
letih sekali rasanya hari ini
telah ketelusuri semua lorong mata angin
menyapa setiap butir kehidupan
kutinggalkan jejak-jejak langkah pada setiap debu jalanan
kutorehkan catatan di setiap sudut persinggahan
Pada
luasnya samudra, kusimpan kenangan pada kapal-kapal
pada dalamnya laut, kutinggalkan cerita pada ikan-ikan
pada riak ombak, kutitipkan nyanyian kerinduan
pada pasir pantai, kulukiskan sketsa kehidupan
pada anak-anak jalanan, kutanamkan benih-benih harapan
pada diri, kesembunyikan beratnya kehidupan
pada batu-batu karang, kuguratkan prasasti kesaksian:
bahwa arti hidup adalah melangkah dan melangkah!
pada dalamnya laut, kutinggalkan cerita pada ikan-ikan
pada riak ombak, kutitipkan nyanyian kerinduan
pada pasir pantai, kulukiskan sketsa kehidupan
pada anak-anak jalanan, kutanamkan benih-benih harapan
pada diri, kesembunyikan beratnya kehidupan
pada batu-batu karang, kuguratkan prasasti kesaksian:
bahwa arti hidup adalah melangkah dan melangkah!
Wahai
senja, jemputlah, aku kelelahan!
mega-mega yang perkasa, tolong antar matahari ke peraduan
duhai malam, tolong nyalakan rembulan
gubukku yang setia, sambutlah ini aku datang
tikar dan selimut tolong hamparkan
mega-mega yang perkasa, tolong antar matahari ke peraduan
duhai malam, tolong nyalakan rembulan
gubukku yang setia, sambutlah ini aku datang
tikar dan selimut tolong hamparkan
Ini saatnya aku berbaring melepas letih seharian
bercinta di atas sajadah kepasrahan
merasakan sejuk belaian-Nya yang menyelusup ke dalam sumsum tulang
aku tak tahu …
apakah esok masih sanggup meneruskan perjalanan
atau terlelap abadi dalam pelukan Tuhan!
bercinta di atas sajadah kepasrahan
merasakan sejuk belaian-Nya yang menyelusup ke dalam sumsum tulang
aku tak tahu …
apakah esok masih sanggup meneruskan perjalanan
atau terlelap abadi dalam pelukan Tuhan!
0 Response to "Contoh Puisi Elegi"
Posting Komentar