Sinopsis Novel Rumah Kaca Karya Pramoedya Ananta
Toer - Selamat siang, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis novel Rumah Kaca karya Pramoedya
Ananta Toer.
Novel Rumah Kaca adalah novel terakhir Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini adalah penutup dari tiga novel sebelumnya yang diawali dari Bumi Manusia, dilanjutkan dengan Anak Semua Bangsa, dan buku ketiganya yaitu Jejak Langkah. Namun, berbeda dari tiga novel sebelumnya yang mengambil sudut pandang Minke, si aku dalam Rumah Kaca ini adalah Jacques Pangemanann.
Novel Rumah Kaca adalah novel terakhir Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini adalah penutup dari tiga novel sebelumnya yang diawali dari Bumi Manusia, dilanjutkan dengan Anak Semua Bangsa, dan buku ketiganya yaitu Jejak Langkah. Namun, berbeda dari tiga novel sebelumnya yang mengambil sudut pandang Minke, si aku dalam Rumah Kaca ini adalah Jacques Pangemanann.
Jacques Pangemanann adalah seorang anak
bangsa berpendidikan Eropa asal Makassar yang bekerja pada pemerintah kolonial.
Kisah hidupnya berawal dari dirinya sebagai yatim piatu yang kemudian diangkat
anak oleh Tuan De Cagnie, seorang apoteker berkebangsaan Perancis. Dia sempat
mengecap pendidikan Eropa sebelum akhirnya kembali ke Hindia dan bekerja
sebagai polisi negeri. Dia berpendapat dengan menjadi seorang polisi dapat
menumpas kejahatan. Sampai pada akhirnya dia berhasil menumpas gerombolan Si
Pitung.
Saat mempelajari kasus Si Pitung, Pangemanann
tersadar bahwa yang dilakukan Si Pitung dan gerombolannya adalah akibat dari
ketidakadilan yang diperbuat pemerintah kolonial masa itu. Tetapi Pangemanann
terbuai akan promosi jabatan dan kenaikan penghasilan setelah dia berhasil
menumpas Si Pitung dan gerombolannya.
Promosi Pangemanann sebagai Komisaris Besar
Polisi membuatnya ditugasi pekerjaan baru untuk mengawasi mulai bangkitnya
kebangkitan nasional di Hindia. Kebangkitan nasional ini diawali oleh Raden Mas
Minke yang mendirikan Syarikat Dagang Islam dan sebagai perintis surat kabar
“Medan”. Karena sikap Minke yang kritis terhadap pemerintahan kolonial dalam
tulisan-tulisannya di “Medan”, menyebabkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda
saat itu, Idenburg menganggapnya sebagai ancaman. Dan tugas pertama Pangemanann
sebagai Komisaris Besar Polisi adalah membuat laporan penelitian tentang hasil
tulisan-tulisan Minke serta membuat rekomendasi tindakan yang semestinya
diambil terhadap Minke.
Nampaknya, kepala polisi yang memberinya tugas
ini senang atas penelitiannya. Dari situlah Pangemanann diminta melakukan
rekomendasi yang ditulis Pangemanann sendiri dan setelah mencoba sebanyak tiga
kali, usaha tersebut terus gagal. Setelah ketiga usaha gagal dilakukan,
Pangemanann diminta untuk meneliti persoalan politik luar negeri tentang
kebangkitan nasional di kawasan sekitar Asia di Gedung s'Landscharchief.
Kebangkitan nasional ini dibandingkan dengan kebangkitan nasional di Hindia.
Setelah puas dengan hasil penelitian Pangemanann yang menguras waktu dan
tenaga, dia kemudian ditugaskan untuk mengasingkan Minke ke Maluku.
Selepas pengasingan Minke, promosi pangkat yang
dijanjikan untuk Pangemanann akhirnya diberikan. Ia dipindahkerjakan ke
Algemenee Secretarie di Buitenzorg sebagai penasihat ahli Gubernur Jenderal
Hindia. Dia ditempatkan di bekas tempat tinggal Minke. Hal ini membuat istri
dan anak-anak Minke disingkirkan dari rumah itu. Bekas tempat tinggal Minke adalah
di kawasan istana. Setelah Pangemanann dan keluarganya pindah, istri dan
seorang pesuruh keluarga Minke sempat mendatangi rumah itu sebanyak dua kali.
Pangemanann diperkenalkan ke tempat kerjanya yang
baru. Di tempat kerjanya yang baru ini, dia ditugaskan untuk mengamati semua
kegiatan organisasi politik dan semua terbitan surat kabar di Hindia. Tugas
berikutnya adalah terhadap Indische Partij. Kelompok ini mengeritik pemerintah
kolonial dan membuat sep (atau atasan) Pangemanann yang baru tersinggung dan
memaksa Pangemanann untuk menyarankan kepada Gubernur Jenderal supaya
menyingkirkan Indische
Partij. Tindakan ini berujung pada diasingkannya Triumvirat ke Nederland.
Tugas selanjutnya adalah membuat lumpuh Syarikat Dagang Islam
hasil buah pikiran Minke yang telah berganti nama menjadi Syarikat Islam. Hal
ini dilakukan dengan mengadu domba penduduk pribumi dengan pedagang-pedagang
Tionghoa di daerah Jawa. Penduduk pribumi yang menjadi pelaku kerusuhan
dikelompokkan menjadi anggota Syarikat Islam dan bukan anggota Syarikat Islam.
Kelompok anggota Syarikat Islam kemudian ditonjolkan ke dalam dunia berita
sehingga dunia internasional tidak menaruh simpati terhadap Syarikat Islam.
Karena sebelumnya, dunia internasional mulai memperhitungkan kekuatan Syarikat
Islam di Hindia.
Setelah lumpuhnya Syarikat Islam dan Indische Partij,
banyak organisasi-organisasi kedaerahan yang terbentuk, seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Rukun Minahasa, dan lain-lain. Pekerjaan Pangemanann makin
menjadi-jadi saat ditambah lagi dengan anak buah Minke yang bernama Marco dan
Siti Soendari.
Karena tekanan pekerjaan, Pangemanann mulai
menghibur diri dengan minum-minuman keras. Hal ini membuat Paulette
Pangemanann, istri Jacques Pangemanann bersama anak-anaknya akhirnya memutuskan
untuk berpisah dengan Pangemanann dan kembali ke tanah kelahirannya di
Perancis. Pangemanann menjadi semakin tidak terkendali dan menggunakan segala
cara untuk mempertahankan kedudukannya.
Karena saran dari Pangemanann kepada Gubernur
Jenderal, Marco dan Siti Soendari akhirnya dipaksa untuk mengasingkan diri ke
Nederland.
Setelah lima tahun Minke di Maluku, akhirnya ia
bebas dari pengasingan. Ia kembali ke Jawa untuk melanjutkan perjuangannya.
Kota pertama yang disinggahi adalah Surabaya. Dengan ditemani Pangemanann,
Minke berkeliling di Surabaya dan sekitarnya untuk mereka ulang
kejadian-kejadian yang pernah dilalui dan ditulis oleh Minke.
Pangemanann sendiri menganggap Minke sebagai
gurunya setelah membaca tulisan-tulisan Minke dalam Nyai Ontosoroh, Bumi Manusia, Anak Semua
Bangsa, Jejak Langkah, dan tulisan-tulisan Minke lainnya. Namun,
karena Pangemanann mengabdi kepada pemerintah kolonial dan juga karena dia mencintai
jabatannya, dia akhirnya bertugas untuk melumpuhkan segala aktivitas Minke.
Dengan hal ini, Pangemanann menyarankan Gubernur
Jenderal untuk membuat kebijakan tentang penyitaan seluruh aset Minke dan
menyebarkan rumor bahwa Minke mempunyai hutang kepada bank. Sehingga, setiap
orang yang berhubungan dengan Minke patut dicurigai dan akan diselidiki oleh
pihak kepolisian. Oleh karena itu, semua orang termasuk kerabat dan teman-teman
Minke sendiri tidak berani menjalin hubungan kembali dengan Minke.
Setelah berkeliling di Jawa, sampailah dia di
Batavia, Minke jatuh sakit. Salah satu alasannya adalah karena tekanan batin
akibat semua orang tidak berani berurusan dengannya. Minke dirawat oleh Gunawan
dan kemudian meninggal dunia. Pangemanann pergi mengunjungi makamnya bersama
dengan istri dan anak Minke.
Tugas Pangemanann yang tiada habis-habisnya dalam
menekan organisasi-organisasi pribumi sampai sebelum akhir hidupnya, dia
bertemu dengan ibu Minke, Madame Sanikem Le Boucq. Pangemanann meminta maaf
yang sebesar-besarnya dalam suratnya. Dia mengaku akan menerima apapun hukuman
yang akan dijatuhkan Madame. Hukuman yang pantas membayar seluruh perbuatannya
terhadap Minke selama ini. Bersama surat itu pula, Pangemanann menyerahkan
kembali hasil tulisan Minke dan hasil tulisannya sendiri yang dia beri judul Rumah Kaca.
Itulah tadi sinopsis novel Rumah Kaca karya Pramoedya
Ananta Toer. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.
0 Response to "Sinopsis Novel Rumah Kaca Karya Pramoedya Ananta Toer"
Posting Komentar