Sinopsis Novel Kemarau Karya A.A. Navis

 


Sinopsis Novel Kemarau Karya A.A. Navis - Selamat siang, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis novel Kemarau karya A.A. Navis yang diterbitkan oleh PT Grasindo pada tahun 1967. 

Pada sebuah desa telah terjadi musim kemarau yang panjang. Air juga susah didapatkan oleh penduduk. Musim kemarau yang terjadi saat itu sangatlah panjang daripada biasanya, sehingga sawah-sawah dan tanah pun rusak dengan rekahan sebesar betis. Tanaman dan padi pun menguning dan kerdil. Para petani mengeluh menunggu hujan. Segala upaya untuk meminta hujan sudah mereka lakukan, hingga pergi ke dukun untuk mendatangkan hujan. Namun, tiada hasil, hujan tidak juga turun. Mereka mulai putus asa dan mengisi waktunya dengan bermain domino.

Ketika para petani pasrah menunggu hujan, ada seorang petani yang berbuat lain. Ia bernama Sutan Duano. Ia mengairi sawahnya dengan mengambil air dari danau dan ditumpahkan ke sawahnya. Ia melakukannya setiap pagi dan sore secara rutin. Ia bukan penduduk asli di kampung itu. Ia datang di kampung itu pada akhir pendudukan Jepang. Wali Negeri di kampung itu mengizinkan Sutan Duano untuk tinggal di sebuah surau yang telah lapuk dan tersia-sia.

Banyak pemimpin mengungsi di kampung-kampung ketika serdadu Belanda mencoba akan menduduki Indonesia lagi. Termasuk Haji Tumbijo. Wali Negeri sudah menyediakan rumah yang pantas untuknya, namun Haji Tumbijo memilih tinggal bersama Sutan Duano di suraunya yang lapuk. Haji Tumbijo kenal baik dengan Sutan Duano ketika di kota. Haji Tumbijo mengatakan kepada Wali Negeri bahwa Sutan Duano sudah berubah dan akan memberi perubahan besar pada kampungnya. Ramalan Haji Tumbijo pun benar. Ketika orang-orang di kampungnya mengikuti kursus baca tulis yang diadakan oleh orang-orang berkepentingan politik, Sutan Duano bekerja keras dengan mengolah sawah, berternak sapi, memelihara beruk, dan memanjat pohon kelapa. Ketika orang-orang di kampung itu sudah bosan dengan kursus-kursus yang diadakan, mereka baru merasakan tidak mendapat uang dan harga-harga mulai naik. Sutan Duano sudah menjadi orang berada di kampung itu. Ia menjadi orang yang berarti dan disegani oleh semua orang. Bukan karena ia sekarang menjadi orang kaya, namun karena kebaikan hatinya, dipercaya, dan suka menolong setiap orang yang kesulitan.

Sutan Duano menjadi pemimpin di kalangan petani untuk mengerjakan sawah. Ia melenyapkan sistem ijon dengan meminjamkan uangnya sendiri tanpa bunga. Ia juga mendirikan koperasi di kampung itu. Hal tersebut mampu menguatkan masyarakat kalau Sutan Duano dapat menjadi panutan. Sutan Duano pun dipercaya untuk menggantikan guru agama yang telah diangkat menjadi pegawai di kota. Suraunya pun mulai ramai dikunjungi orang-orang perempuan setiap hari Kamis sore dan dikunjungi kaum laki-laki setiap malam harinya.

Keberhasilan Sutan Duano di kampung itu tentunya tidak hadir begitu saja. Langkah keberhasilannya itu bermula dari Sutan Caniago. Ia adalah seorang petani yang hendak menjual padinya dengan sistem ijon karena butuh modal untuk berdagang di rantau. Ia berharap bisa mengubah nasibnya di tanah rantau. Sutan Duano yang pernah hidup di kota menasihati Sutan Caniago agar dipikir masak-masak terlebih dahulu. Sutan Duano juga berharap agar Sutan Caniago membatalkan niatnya merantau karena di kota banyak godaan dan kemaksiatan. Kalau rajin, hidup di desa pun bisa membuat orang kaya dan berhasil. Namun, nasihat itu ditanggapi oleh Sutan Caniago sebagai penolakan permintaannya hingga membuatnya marah dan meningggalkan Sutan Duano. Esok harinya Sutan Duano mendatangi Sutan Caniago, lantaran ia ingat nasihat Haji Tumbijo serta niatnya utnuk mengubah perilaku dan kebiasaan penduduk agar hidup mereka menjadi lebih baik. Diberikannnya uang kepada Sutan Caniago sebagaimana diinginkan, namun ia memberi syarat harus menyuratinya setiap bulan. Sutan Caniago mengikuti syarat itu hingga akhirnya ia mengucapkan terima kasih atas nasihat Sutan Duano di surau dulu. Pada surat keempat ditulisnya bahwa Sutan Duano hanya mengambil hasil panen sebanyak uang yang diterimanya dulu, tidak mengambil seluruh hasil panen sebagaimana pengijon lazimnya. Sikap Sutan Duano ini menggemparkan isi kampung dan membuat keberadaannya semakin berarti bagi masyarakat.

Sutan Duano juga mengajak penduduk bergotong royong menyiram sawah mereka dengan air danau yang terletak di pinggir kampung. Sutan Dunao mengajukan usul kepada Lembak Tuah, pemilik sawah terluas, serta Rajo Bodi, orang yang disegani. Namun, usulan itu ditolak dengan berbagai alasan. Mereka lebih senang pasrah kepada takdir yang diberikan Tuhan. Meskipun memiliki waktu dan tenaga untuk mengubah nasibnya, penduduk kampung lebih senang bermain kartu serta duduk-duduk ngobrol di lepau. Sutan Duano menyadari bahwa untuk mengubah kebiasaan dan pola pikir masyarakat diperlukan waktu dan proses yang panjang. Lantas Sutan Duano berniat memulai rencananya itu dari diri sendiri mengangkut air danau dan menyiram sawah miliknya.

Anak laki-laki berusia dua belas tahun mendatangi Sutan Duano yang sedang beristirahat di pematang sawah. Ia bernama Acin, anak janda muda di kampung itu. Acin bertanya mengapa Sutan Duano menyiram sawahnya dengan mengambil air di danau. Sutan Duano mengatakan bahwa manusia harus bekerja keras untuk memperbaiki hidupnya. Ia tidak mau membiarkan sawahnya kering. Warga di kampung itu sudah menganggap Sutan Duano gila. Kata Acin, ibunya pun ingin menyiram sawahnya namun takut dikatakan gila dan mau memulai jika semua orang melakukannya. Namun, ketika Sutan Duano mengajak Acin untuk menyirami sawah, ia tidak takut dan malu, ia langsung ambil ember di rumahnya.

Warga di kampung itu membicarakan tindakan Sutan Duano dan Acin yang telah menyiram sawah Gundam, ibu Acin. Mereka mengatakan bahwa Sutan Duano akan mendekati Gundam dengan cara mendekati Acin terlebih dahulu. Sutan Duano memang sayang kepada Acin karena Acin mirip dengan anaknya yang bernama Masri, anak yang selama dua puluh tahun ia cari.

Ketika pengajian Kamis sore di suraunya, Sutan Duano mengajak kaum perempuan bergotong royong menyiram sawah mereka. Namun, mereka menolak dengan berbagai alasan. Mereka tidak mau jika menyiram seluruh sawah di kampung ini. mereka mau jika hanya menyiram sawah Sutan Duano. Sutan Duano sudah kebingungan untuk mengubah jalan pikiran mereka. Di lain sisi, Acin dilarang menyiram sawah dan menemui Sutan Duano lagi karena isu-isu yang menyebar tentang Gundam. Hingga Gundam malu dan tidak datang ngaji di surau Sutan Duano. Mayoritas mereka menolak dengan berbagai alasan dalam kaitannya dengan gudam, si janda muda. Si janda muda itu juga tidak datang dalam pengajian karena malu dengan gosip dirinya dan Sutan Duano. Sutan Duano marah mendengar hal itu. Namun, gosip itu berkembang menjadi fitnah. Gudam melarang Acin menyiram sawah serta menemui Sutan Duano. Sutan Duano pun merasa kesepian kehilangan anak yang mirip dengan anaknya dan tidak ada lagi warga yang datang ke suraunya untuk mengaji.

Acin bertanya kepada ibunya tentang anggapan orang-orang. Ibunya pun menjawab untuk jangan mendengar kata orang-orang karena itu kata-kata jahat. Acin pun menurutinya. Namun, ketika Acin ingin bermain ke surau Sutan Duano. Ia bertemu dengan Saniah, janda yang ingin mendekati Sutan Duano. Saniah bertanya bahwa apakah ibunya akan menikah dengan Sutan Duano. Acin pun menjawab iya karena itu keinginan Acin, padahal ibunya tidak pernah mengatakan itu. Saniah pun cemburu dan membuat fitnah. Ia mengatakan kepada Acin bahwa ibunya telah tidur bersama Sutan Duano. Namun, Acin tidak mempercayainya.

Tiba di surau Sutan Duano, Acin melihat Kutar, tidak ada Sutan Duano di sana. Kutar menemukan surat dan membacanya. Surat itu dikirim dari Masri yang meminta Sutan Duano untuk datang ke Surabaya. Kutar menceritakan hal itu kepada Acin hingga membuatnya cemas. Acin memberanikan diri bertanya kepada Sutan Duano perihal itu dan dijawabnya akan pergi setelah musim panen. Hal itu membuat Acin ingin agar ia diajak pergi, bukan Kutar. Ditanyakan pula isu yang diucapkan Saniah tentang Sutan Duano dan ibunya. Sutan Duano berhasil meyakinkan Acin bahwa hal itu tidak benar.

Kutar memberitahukan kepada semua orang perihal ia menemukan surat di surau Sutan Duano. Berita rencana kepergian Sutan Duano pun menyebar dengan cepat. Oleh sebab itu, masyarakat menginginkan acara perpisahan sebagai tanda persahabatan dengan orang yang banyak menolong namun belum sempat ada balas budinya. Di surau, Sutan Duano membaca kembali surat kiriman Masri itu. Hal itu membuatnya teringat masa lalu. Memang ia ingat setelah kematian ibunya Masri, istrinya, berkali-kali ia mencari penggantinya, namun berakhir dengan perceraian. Salah satunya, Iyah namanya, diceraikan tatkala sedang hamil. Pengalaman kawin cerai itu membuatnya mengambil pelampiasan kesepiannya berkencan dengan wanita malam. Masri yang tumbuh remaja mengetahui hal itu sehingga ia marah. Hal itu membuat Sutan Duano bingung. Ia mengadukan kesepian dengan perbuatannya.

Sutan Duano sempat dipenjara karena keributannya dengan teman kencan. Hal ini membuat Masri kabur tak tentu jejak langkahnya. Keluar dari penjara selama tiga tahun, Sutan Duano menjadi kesepian. Anak satu-satunya pergi tanpa jejak hingga membuat Sutan Duano semakin tak karuan arah hidupnya. Mabuk-mabukan merupakan pelariannya. Ia terus berusaha mencari Masri, namun tak menemukan jejaknya.

Suatu hari datanglah Haji Tumbijo, kakak iparnya, menasihatinya agar mencari anaknya di dalam hatinya, seperti mencari Tuhan dan mencari kebenaran karena di situlah Masri berada. Kata-kata Haji Tumbijo itu menyentuh hati Sutan Duano. Maka, ia berusaha mengubah jalan hidupnya ke arah kebenaran serta berusaha menolong orang lain. Ia berharap bahwa pola itu dapat memupus kesalahan dan dosa masa lalunya. Maka, kehadiran Acin dalam waktu hidupnya mengingatkannya pada Masri hingga disayanginya. Terlintas dalam benaknya untuk menikah, tetapi kegagalan perkawinan kembali menghantuinya.

Hal itu nampak tatkala Acin dan Gundam datang ke surau. Gundam meminta Sutan Duano menjadi ayah bagi anak-anaknya. Sutan mengatakan bahwa ia harus meninggalkan kampung itu sebab harus menemui Masri yang telah lama tak bertemu. Sutan tak memberi batas waktu kapan akan kembali hingga jawaban itu dianggap sebagai penolakan oleh Gundam.

Beberapa orang menemui Sutan Duano di surau dan menanyakan langsung kepadanya perihal kabar rencana kepergiannya ke Surabaya. Banyak di antaranya yang merasa berutang budi pada Sutan Duano sebab upaya pengairan sawah oleh Sutan Duano banyak memberikan manfaat bagi kaum petani kampung itu. Mereka juga masih memerlukan gagasan Sutan Duano untuk kehidupan mereka dan meminta agar Sutan Duano tidak meninggalkan kampung mereka. Sutan Duano memenuhi permintaan mereka. Kepergian Sutan Duano hanyalah menemui Masri, setelah itu kembali lagi ke kampung mereka. Ada surat dari mertua Masri yang sampai kepadanya bahwa Sutan Duano tak perlu ke Surabaya sebab kedatangannya justru akan merusak kebahagiaan keluarga Masri.

Tiba-tiba Sutan Duano mendengar Acin sakit. Kesulitan keuangan Gundam yang tak dibantu keluarganya untuk mengobatkan Acin ke Bukittingi akhirnya diatasi oleh Sutan Duano dengan janji bahwa Acin adalah anaknya juga. Sutan Duano dan Gundam akhirnya tumbuh cinta. Hal ini membuat Saniah cemburu dan memasang guna-guna di rumah Gundam yang sempat terlihat oleh Sutan Duano. Tatkala Gundam mengadakan syukuran atas kesembuhan Acin di rumahnya, Sutan Duano tak bersedia datang dengan alasan tak menyenangi pesta yang hanya untuk orang kaya. Gundam mendatangi Sutan Duano ke suraunya, tapi tetap tidak mau datang. Gundam merasa malu. Pulanglah dengan segera Gundam ke rumahnya. Di jalan Gundam bertemu dengan Saniah yang menantangnya diiringi fitnah bahwa Gundam telah membayar utang kepada Sutan Duano dengan menjual dirinya. Maka, terjadilah perkelahian yang melibatkan keluarga kedua pihak hingga harus diakhiri oleh Wali Negeri. Rapat yang dipimpin oleh Wali Negeri itu sulit mncapai kata sepakat. Meski Wali Negeri berusaha membela Sutan Duano, rapat akhirnya memutuskan mengusir Sutan Duano dari kampung itu. Wali Negeri ditugasi oleh warga untuk menyampaikan putusan rapat.

Akhirnya Wali Negeri dibantu oleh tokoh masyarakat mendatangi Sutan Duano. Putusan rapat disampaikannya dengan berat hati. Sutan dengan keikhlasan menerima, dan mengatakan bahwa semua harta yang diperoleh dari kampung itu ditinggalkan dan piutangnya diserahkan kepada koperasi untuk menambah modal. Sutan Duano hanya memohon untuk bertemu dengan Acin sebelum ia berangkat, tetapi Gundam tidak mengizinkannya. Sutan Duano menyerahkan surat wasiatnya bahwa seluruh hartanya diberikan kepada Acin.

Pergilah Sutan Duano meninggalkan kampung itu menuju Surabaya. Ia langsung menuju ke rumah Masri. Ia malah bertemu dengan Iyah, istrinya dulu, yang ternyata adalah ibu Arni, istri Masri. Lebih tak disangkanya, ternyata Arni adalah anak kandungnya juga. Maka, terbongkarlah silsilah bahwa Masri dan Arni adalah kakak beradik, meski lain ibu. Hal itu sengaja tak diberitahukan oleh Iyah.  Iyah tidak ingin merusak kebahagiaan mereka berdua. Tetapi, Sutan Duano bersikeras memberitahukan hal terlarang itu kepada anaknya. Kedua orang tua itu bersitegang dengan pendapat masing-masing. Iyah yang merasa sakit hatinya lantas memukul Sutan Duano dengan kayu hingga pingsan dan berdarah. Datanglah Masri dan Arni yang kaget dengan peristiwa itu. Melihat mantan suaminya bersimbah darah, Iyah rnerasa menyesal. Kemudian Iyah memberitahukan kepada Arni bahwa Sutan Duano adalah mantan suaminya. Diceritakan juga oleh Iyah apa yang terjadi hingga ia tak kuat menahan diri, lalu pingsan. Bertahun-tahun kemudian Iyah meninggal di rumah sakit, tak lama setelah membuka rahasia perkawinan Masri dan Arni.

Masri dan Arni menyadari perkawinan mereka dilarang agama. Maka, mereka berpisah. Tak lama kemudian, Arni menikah dengan anak Haji Tumbijo, sedangkan Masri menikahi teman sekerjanya. Sutan Duano pun kembali ke desa tepi danau, hidup rukun dengan Gundam beserta anak-anaknya, Acin dan Amah. Perjuangan Sutan Duano belum selesai sebab alam pikiran warga kampung telah membeku.

Itulah tadi sinopsis novel Kemarau karya A.A. Navis. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sinopsis Novel Kemarau Karya A.A. Navis"

Posting Komentar