Contoh Aliran-Aliran Sastra


ALIRAN – ALIRAN SASTRA



Di Susun Oleh:
Muhammad Jammal Baligh
Kelas 1A
Mata Kuliah Teori Sastra

PROGRAM  STUDI  PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2013






ALIRAN – ALIRAN SASTRA


IMPRESIONISME

1.       ALIRAN REALISME

      Novel Tidak Ada Esok karya Mochtar Lubis
Novel ini menceritaakan tentang perjuangan seorang tokoh Johan ketika masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan paska kemerdekaan. Berawal dari penggambaran setting yang sangat piawai dilakukan oleh pengarang. Tokoh Johan bersama pasukan lainnya hendak mengepung para penjajah di sebuah hutan. Kegelisahannya mulai terasa ketika pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang memberatkan.
Setelah tahu musuh tidak jadi lewat di daerah yang mereka tunggui, mereka beristihat membentuk sebuah perkumpulan, dimana seorang-seorang saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Johan yang kala itu menceritakan pengalamannya bertemu  dengan seorang gadis. Pengalaman itu baginya sangat berarti. Dari situlah kisah cintanya dengan perempuan itu timbul.
Kemudian ia hendak pergi ke Kota Yogya, ke rumah temannya. Di sana ia bersama dengan teman lainnya masuk ke dalam organisasi masing-masing, ada yang masuk sebagai tentara, sebagai Laskar Rakyat, dan sebagainya. Sedangkan ia sendiri masuk Peta pada tahun 1944. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat kuat, ia dinilai sangat bagus.
Kemerdekaan pun tiba, saat itulah ia merasa telah tenang. Akan tetapi ketenangannya itu kembali harus terusik setelah kedatangan kembali Belanda untuk menghancurkan bangsa Indonesia. Pada saat itu Johan bertindak sebagai pembawa laporan dari para pejuang yang  hendak dilaporkan kepada kantor pusat.
Pada pertempuran paska kemerdekaan itulah banyak dari temannya yang gugur. Kematian teman-temannya menjadi dasar pemikirannya untuk merenungi, untuk apa ada pertempuran, pertumpahan. Ia akhirnya menyadari semua itu adalah sebuah pengorobanan.

2.       ALIRAN NATURALISME

Novel Belenggu karya Armyn Pane

Sukartono adalah seorang dokter yang dikenal budi pekertinya, sedia membantu meskipun pasiennya tidak mempunyai uang untuk membayar biaya pengobatan. Sangat jarang ada dokter seperti dokter Sukartono, dia sudah berumah tangga, Tini, nama istrinya. Mereka hidup kurang harmonis karena pernikahan mereka tidak didasari cinta, akan hal itu mereka sering bertengkar. Tini sering marah-marah sendiri dan yang sering jadi sasaran kemarahan Tini adalah Karno, pembantunya, meskipun marah tanpa sebab Karno sering kena marah majikannya si Tini.
         
Seusai kerja Kartono langsung menuju meja kecil, diruang tengah mencari bloc-notenya siapa tahu ada pasien. Dia langsung bergegas ketika mengetahui ada pasien yang sedang membutuhkan dia, setelah beberapa menit kemudian Kartono masih mencari alamat pasien yang ternyata bertempat tinggal dihotel. Sesegera mungkin dokter kartono menghampiri kamar pasien yang bernama Ny. Eni. Berawal dari pemeriksaan hingga terjalin sebuah hubungan gelap, Kartono tak jarang berkunjung kerumah Ny. Eni yang kemudian ia panggil Yah, hari-hari Kartono sering ia isi dengan berada dirumah Yah seusai kerja.
         
Tono sering menghabiskan waktunya dengan Yah daripada dengan istrinya sendiri, Tono selalu merasa damai ketika berada dirumah Yah, dia merasakan tenang dan hilang semua kepenatannya. Hubungan Tono dengan istrinya menjadi berantakan, suatu ketika paman Tini datang berusaha mendamaikan Tono dan Tini agar hidup rukun.

Seiring berjalannya waktu, Tini mengetahui hubungan gelap Tono dengan Yah, Tini berencana mendatangi Yah dan akhirnya Tini bertemu Yah disebuah hotel, akan tetapi niat Tini yang awalnya ingin melabrak Yah gagal karena sikap yang lemah lembut, ironisnya Yah mengetahui kehidupan gelap Tini dahulu sebelum menikah dengan Kartono. Tini tertegun begitu saja ketika ia mengetahui kalau Yah tahu banyak masa lalu Tini yang gelap. Tini merasa malu dan menyesal selama ini tidak bisa menjadi isteri yang baik bagi Tono, kemudian Tini meminta Yah untuk bersedia menjadi isteri Tono.

Peristiwa di hotel itu menyadarkan Tini kalau dia gagal menjadi seorang isteri, akhirnya dia meminta cerai dan keputusannya        itu     sudah         bulat. Dia memutuskan mengabdikan hidupnya di Surabaya, disebuah panti asuhan, perceraian Tono dan Tini membuat Tono sangat sedih. Ditambah lagi Yah meninggalkan sepucuk surat yang isinya meninggalkan Kartono. Sekarang Kartono hanya hidup sebatang kara.

3.       ALIRAN NEONATURALISME

Novel Atheis karya Akhdiat Kartamiharja

Rd. Hasan, pegawai gemeente Bandung, adalah seorang pemuda alim yang dididik orang tuanya untuk berpegang kuat pada ajaran agama Islam. Pertemuannya kembali dengan Rusli, teman masa kecilnya yang telah menjadi seorang pejuang dan aktivis politik bawah tanah membawa Hasan kepada pemikiran Atheisme yang bertolak belakang dengan apa yang diajarkan orang tuanya selama ini.
Pergaulan yang rapat dengan Rusli tersebut secara perlahan mulai mengubah pandangan-pandangan hidup Hasan selama ini. Terlebih karena hatinya tertawan oleh Kartini, adik angkat Rusli yang tergolong wanita yang berpemikiran progresif di zamannya sehinga sangat menarik perhatian Hasan. Perubahan pandangan Hasan semakin dalam dan jauh seiring diskusi-diskusinya yang panjang bersama Rusli dan Kartini, ditambah perkenalannya dengan kawan-kawan senior Rusli. Salah satu senior tersebut adalah Anwar, putra bupati namun adalah seorang manusia egois yang hidup hanya untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain.
Kemunculan Anwar kemudian mulai mengubah hidup Hasan, yang diawali dengan hubungan Hasan dengan orang tuanya. Anwar memprotes keras Hasan yang akan pergi mengaji bersama orang tuanya sebagai seorang munafik dan tidak berpendirian. Hasan yang penuh keragu-raguan kemudian terpancing untuk secara terbuka menceritakan pandangan barunya kepada ayah-ibunya. Kedua orang tua Hasan yang begitu religius mendidik Hasan sejak kecil pun menjadi sangat kecewa dan mengusir Hasan. Kebimbangan hati Hasan tentang hidupnya pun bertambah berat.
Cerita bertambah rumit dengan tindakan Anwar yang membuat rumah tangga Hasan dan Kartini goyah. Anwar adalah seorang mata keranjang yang karena ketertarikannya pada Kartini membuat Hasan cemburu dan menimbulkan pertengkaran hebat antara dia dan Kartini. Pertengkaran ini membuat Kartini memutuskan lari menghindar untuk sesaat demi menunggu redanya amarah Hasan. Namun dalam pelariannya tersebut, Kartini malah hampir menjadi korban nafsu binatang Anwar di sebuah hotel
Peristiwa tersebut akhirnya diketahui Hasan secara tidak sengaja. Api cemburu dan kemarahan yang meledak membuat Hasan menjadi mata gelap dan hendak membunuh Anwar. Di tengah bunyi gelapnya malam dan sirene tanda bahaya tentara Jepang yang berkumandang, Hasan tetap berlari tanpa perduli. Kempetai pun menembak dan menangkapnya dengan tuduhan mata-mata. Tubuh Hasan yang menderita TBC tidak sanggup menahan siksa polisi pendudukan Jepang tersebut. Di akhir cerita, Hasan akhirnya meninggal dengan membawa keragu-raguannya terhadap Tuhan yang sebelumnya dia percayai.

4.       ALIRAN DETERMINISME
Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG
Prosa lirik “Pengakuan Pariyem” karya Linus Suryadi Agustinus bercerita tentang seorang gadis Jawa berpredikat pembantu rumah tangga yang menceritakan jalan hidupya yang dimulai dari desa kelahirannya di Wonosari Gunung Kidul.
Kehidupan masa kecil Pariyem yang bernama baptis Maria Mandalena dilaluinya dengan bahagia sebagai seorang anak dari pemain seni tradisional ketoprak dan sinden wayang kulit. Iyem kecil sering ikut ibunya pentas dengan duduk manis di belakang panggung ketika ibunya menyinden.
Menginjak usia dewasa Pariyem  mencoba peruntungannya dengan menjadi pembantu nDoro Kanjeng Cokro Sentono di nDalem Suryamentaraman Ngayogyakarta. Istri nDoro Kanjeng, Raden Ayu Cahya Wulanningsih biasa dipanggil nDoro Ayu., merupakan sosok yang luwes, halus tutur katanya, teduh pandangannya, serta memiliki jiwa yang mulia. Mereka mempunyai dua orang putra, laki-laki dan perempuan yang laki-laki bernama Raden Bagus Aryo Atmojoyo seorang mahasiswa filsafat di Universitas Gajah Mada dan yang perempuan bernama Raden Ayu Wiwit Setyowati. Layaknya seorang pembantu kehidupan Pariyem dipenuhi dengan pengabdian kepada tuannya yang merupakan keluarga bangsawan ternama di Jawa.
Pariyem merasakan kenyamanan bekerja di kediaman Ndoro kanjeng yang memegang teguh kultur Jawa. Hingga suatu ketika terjalinlah hubungan terlarang antara Pariyem dengan Den Bagus. Sebuah hubungan yang tidak seharusnya dilakukan oleh pasangan yang belum memiliki ikatan suami istri. Pariyem ternyata menikmati peranannya sebagai ‘kekasih gelap’ Den Bagus. Hal ini masuk akal dikarenakan sebelum mengabdi di kediaman nDoro Kanjeng, Pariyem sudah melepaskan mahkota keperawanannya  kepada Kliwon mantan pacarnya saat pariyem masih tinggal di desa.
Hasil hubungan terlarang antara Pariyem dan Den Bagus mengakibatkan kehamilan. Ini menjadi polemik dalam keluarga nDoro Kanjeng ketika seluruh keluarga mengetahui kehamilannya tersebut. Sidang keluarga pun digelar untuk menentukan nasib antara Den Bagus, Pariyem, dan janin yang dikandungnya. Keluarga nDoro Kanjeng secara halus meminta Pariyem untuk kembali ke kampung halamannya selama ia mengandung dan segala kebutuhan hidup Pariyem beserta janinnya dipenuhi oleh majikannya.
Waktu pun berjalan, Pariyem telah menjadi seorang ibu dari seorang anak perempuan bernama Endang. Saatnya ia mengabdikan dirinya kembali di kediaman nDoro Kanjeng sedangkan anaknya dirawat oleh keluarganya di Wonosari, Gunung Kidul. Kunjungan Pariyem ke desanya dilakukan sebulan sekali, terkadang sendirian namun tak jarang pula bersama nDoro Ayu dan nDoro Putri. Kehidupan Pariyem berjalan normal, ia menjalani rutinitasnya sebagai pembantu seperti sedia kala.
Dalam menjalankan aktivitas hidupnya, Pariyem yang beragama Katolik kerap kali memberikan pandangan dan idenya tentang dosa dan hakikat agama.



EKSPRESIONISME

1.       ALIRAN ROMANTISME

    Puisi Memuji Dikau Karya Amir Hamzah

Kalau aku memuji dikau, dengan mulut tertutup, mata terkatup,
Sujudlah segalaku, diam terbelam, di dalam kalam asmara raya.
Turun kekasihmu, mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.
Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku, digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.
Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,
bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku……………………
Dan,
Iapun melayang pulang,
Semata cahaya,
Lidah api dilingkung kaca,
Menuju restu, sempana sentosa.

2.       ALIRAN IDEALISME
  
 Candi Karya Sanusi Pane

Engkau menahan empasan kala,
Tinggal berdiri indah permai,
Tidak mengabaikan serangan segala,
Megah kuat tak terperai.

Engkau berita waktu yang lalu,
Masa Hindia masyur maju,
Dilayan putra bangsawan kalbu,
Dijunjung tinggi penaka ratu.

Aku memandang suka dan duka
Berganti-ganti di dalam hati,
Terkenang dulu dan waktu nanti.

Apa gerangan masa di muka
Jadi bangsa yang kucinta ini ?
Adakah tanda megah kembali ?

3.       ALIRAN PSIKOLOGISME
           Drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya
Drama Bila Malam Bertambah Malam ini menceritakan seorang janda yang begitu membanggakan kebangsawanannya. Ia hidup di rumah peninggalan suaminya. Gusti Biang adalah janda almarhum I Gusti Rai seorang bangsawan yang dulu sangat dihormati karena dianggap pahlawan kemerdekaan. Gusti Biang hanya tinggal bersama dengan Wayan, seorang lelaki tua yang merupakan kawan seperjuangan I Gusti Ngurah Rai dan Nyoman Niti, seorang gadis desa yang selama kurang lebih 18 tahun tinggal di purinya. Sementara putra semata wayangnya Ratu Ngurah telah lima tahun meninggalkannya karena sedang menuntut ilmu di pulau Jawa.
Sikap Gusti Biang yang masih ingin mempertahankan tatanan lama yang menjerat manusia berdasarkan kasta, membuatnya sombong dan memandang rendah orang lain. Nyoman Niti yang selalu setia melayani Gusti Biang, harus rela menelan pil pahit akibat sikap Gusti Biang yang menginjak-injak harga dirinya. Nyoman Niti sebenarnya ingin meninggalkan puri itu karena ia sudah tidak sanggup menahan radang kemarahan terhadap Gusti Biang. Namun, niatnya selalu urung manakala Wayan yang selalu baik, menghiburnya dan membujuknya untuk bersabar dan tetap setia menjaga Gusti Biang demi cintanya pada Ratu Ngurah. Nyoman Niti tak kuasa lagi menahan emosi yang bertahun-tahun ia pendam manakala Gusti Biang benar-benar menindasnya. Gusti Biang menuduh Nyoman akan meracuninya dengan obat-obatan. Akhirnya Nyoman Niti pun bergegas meninggalkan puri itu. Wayan pun mencoba menahan kepergiannya tapi alangkah terkejutnya Nyoman ketika Gusti Biang membacakan hutang alias biaya yang dikeluarkannya membiayai Nyoman selama kurang lebih 18 tahun. Nyoman tidak menyangka Gusti Biang setega itu padanya hingga akhirnya Nyoman pergi dengan berurai air mata dalam suasana malam yang sunyi.  Wayanpun akhirnya juga diusir oleh Gusti Biang setelah bertengkar sengit tentang persoalan Nyoman dan Ratu Ngurah; dan suami Gusti Biang. Setelah kejadian itu, Ratu Ngurah datang dan bertengkar dengan Gusti Biang begitu mengetahui Nyoman telah pergi.
Konflik semakin tajam mengenai persoalan bedil. Ngurah dan Gusti Biang meminta Wayan mengembalikan bedil yang akan dibawanya pergi, karena bedil itu adalah peluru yang bersarang di tubuh Gusti Ngurah. Wayan akhirnya mengungkapkan bahwa dialah yang menembak Gusti Ngurah yang menjadi pengkhianat. Wayan juga mengemukakan kenyataan bahwa dialah ayah kandung Ratu Ngurah. Wayanlah yang selalu memenuhi tugas sebagai suami bagi istri-istri I Gusti Ngurah Ketut Mantri yang berjumlah lima belas karena Gusti Ngurah seorang wandu. Wayan pun menyuruh Ngurah pergi mengejar cintanya yaitu Nyoman Niti. Ia juga mengingatkan cinta yang tak sampai antara dirinya dan Gusti Biang hanya karena perbedaan kasta yang membuat keduanya begitu menderita. Hubungan Ratu Ngurah dan Nyoman akhirnya direstui oleh Gusti Biang.

4.       ALIRAN MISTISISME
       Sebab Dikau, Puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah
Kasihkan hidup sebab dikau
Segala kuntum mengoyak kepak
Membunga cinta dalam hatiku
Mewangi sari dalam jantungku
Hidup seperti mimpi
Laku lakon di layar terkelar
Aku pemimpi lagi penari
Sedar siuman bertukar-tukar
Maka merupa di datar layar
Wayang warna menayang rasa
Kalbu rindu turut mengikut
Dua sukma esa-mesra
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang
Golek gemilang ditukarnya pula
Aku engkau di kotak terletak
Aku boneka engkau boneka
Penyelang dalang mengarak sajak.

5.       ALIRAN SURREALISME
      Novel Aki karya Idrus
Penyakit TBC yang di idap Aki menyebabkan seperti orang yang sudah tua. Dalam usia yang baru berumur 29 tahun, lelaki kurus kering ini tampak seperti berumur 42 tahun. Biasanya, keadaan orang seperti itu di sebabkan masa mudanya yang habis dengan main perempuan jahat. Selain itu, bentuk tubuhnya yang bongkok membuat Aki menjadi bahan tertawaan yang mengasyikan. Akan tetapi, ternyata hal itu tak di lakukan teman-temannya di kantor. Bahkan, mereka sangat hormat kepada orang yang di mata mereka adalah orang yang berhati lurus dan bertingkah wajar.
Penyakit TBC yang di derita Aki itu suatu ketika mencapai titik kritis. Puncaknya adalah ketidak bernafasan Aki untuk beberapa saat. Sebagai istri setia, Sulasmi terkejut melihat kenyataan yang menimpa suaminya. Ia kalap. Akan tetapi, tak lama kemudian suaminya siuman, bahkan sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Di antara senyuman itu, Aki mengatakan dengan pasti bahwa ia akan mati pada tanggal 16 Agustus tahun depan. Ia berharap Sulasmi mau menydiakan segala perlengkapan yang di perlukan untuk menghadapi kematiannya itu.
Rekan-rekan Aki di kantor menganggap lelaki itu gila. Tidak terkecuali anggapan kepala kantornya. Ia yang sudah merencanakan kenaikan pangkat dan gaji Aki, tidak percaya kepada omongan pegawai kesayangannya itu. Di selidikinya tingkah laku lelaki itu, tetapi Aki memang tidak gila. “Di sini didapatinya Aki sedang bercakap-cakap dengan bawahannya tentang pekerjaan. Sep itu seketika lamanya memperhatikan cakap Aki, di perhatikannya pekerjaan Aki yang sedang terbentang di atas meja. Pekerjaan itu tiada cacatnya”.
Hari kematian yang di katakana Aki telah tiba. Semua orang bersiap-siap. Akbar dan Lastri, anak-anak Aki, meminta izin tidak sekolah. Pegawai-pegawai kantor menghiasi mobil dengan bunga-bungaan. Kepala kantor berlatih menghapalkan pidato yang kelak akan di bacakan di kubur Aki. Lelaki itu sendiri memakai pakaian terbagus yang di milikinya untuk menyambut Malaikatul maut yang akan menjumpainya pukul tiga sore nanti.
Ketika pukul tiga telah lewat, Sulasmi memberanikan diri untuk melihat suaminya. Di lihat mata suaminya yang tertutup rapat. Lalu, di panggilnya nama Aki berulang-ulang, tetapi tak ada jawaban. Dengan di iringi tangis, Sulasmi berlari ke luar kamar untuk menemui orang-orang yang menungguinya. Tahulah para penunggu itu bahwa Aki telah meninggal. Saling berebut mereka masuk ke kamar Aki. Akan tetapi, mereka terkejut dan berlarian dari kamar ketika melihat Aki sedang merokok. “Tiada seorang pun yang berani mengatakan, apa yang di lihat mereka dalam kamar itu. Mereka puntang-panting lari meninggalkan rumah Aki. Dan yang belum masuk kamar, karena keinginan hendak tahu yang amat besar, menjulurkan kepalanya juga, tapi segera pun mereka lari puntang-panting keluar. Sehingga akhirnya semua pegawai itu pun meninggalkan rumah Aki secepat datangnya”.
Sulasmi bersyukur bahwa Aki tidak mati. Ternyata, Aki hanya tertidur dan terbangun karena keributan pegawai-pegawai teman sekantornya.
Entah mengapa, sejak peristiwa itu Aki selalu terlihat sehat. Ia tampak lebih muda dari usia yang 42 tahun. Lalu, sebagai pengganti kepala kantor yang telah meninggal tiga tahun yang lalu, ia terlihat atraktif. Bahkan, Aki kembali bersekolah di fakultas hukum, bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa yang usianya jauh di bawah Aki. Tentang hidup? Lelaki yang telah sembuh dari penyakit TBC ini ingin hidup lebih lama lagi. Ia ingin hidup seratus tahun lagi. Separuh hidupnya akan di abdikan sebagai pegawai dan separuh hidupnya lagi akan di pergunakan sebagai akademikus.

6.       ALIRAN SIMBOLISME

Dengarkanlah Keluhan Pohon Mangga karya Maria Amin

Dari tangan manusia aku diletakkan ke dalam lubang dan ditimbun dengan tanah. Setelah terpendam dalam tempat yang kelam itu aku ingin melihat ke luar, kalau ada tempat yang lain, kuharapkan sinar terang. Aku ingin, hasrat melihat di luar tempat kediamanku yang sempit ini. Dalam hati selalu berharap dan bertanya mungkinkah ada yang lain, selain dari dunia ini? Sebulan ku terpekur dalam tempat yang gelap itu.

     Sebulan sebenamya lama benar aku menunggu hasrat hati yang hendakkan sinar matahari. Sebulan aku terpekur, mundur maju hatiku, melihat kesangsian yang akan kupastikan kelak. Jika ada dunia yang baik, di balik dunia ini, memang itu yang kuharapkan. Jika di balik dunia ini celaka juga yang kuderitakan sebagai sekarang ini... akh... nasibku benar rupanya yang menjadi suratan badan. Dari sehari ke sehari bertambah ingin aku melihat cahaya matahari dan merasakan ni'mat sinar.

     Dua minggu badan setinggi jengkal. Dengan batangku yang kaku dan masih muda itu, kulihat ke kiri ke kanan dengan congkak, kalau-kalau ada yang melebihiku. Dalam hatiku timbul takabur.

     Matahari itu akan kucapai dan kuserang. Aduh... aku hampir kecewa sebab di sebelahku batang pinang yang ramping, melambai daunnya diembus angin mengorakkan daun. Daun yang rampak itu mengejekkan daku, bertepuk-tepuk ke sana kemari hina rendah memandangku. la, tentu ia... akan dahulu mencapai langit dan memberi salam kepada matahari si Ratu Sinar itu. Aku, ... tentu kecewa. Malu aku, rasakan ta' mau berdampingan dengan pohon pinang itu. Tetapi ya..., akan masuk ke dalam lagi, ke tempat yang lama aku ta sanggup lagi. Batang dan daun yang lembut ini ta dapat mencocokkan diri ke dalam tempat yang lama itu; hidupku yang baru ini ta' dapat sesuai lagi di lubang sempit gelap kelam itu.

     Akan tumbuh melebihi pohon pinang... ? akh, rasanya ta mungkin, awak yang tinggi sejengkal kawan telah beratus kali lebih tinggi dariku. Jangan saja datang angin keparat meniup batangnya, yang ramping itu Pohon pinang musuh hidupku itu selalu melempar dengan buahnya yang telah busuk mengancam hidupku. Sekali,... hampir benar kena pucukku yang muda itu,... untung masih ada nasib akan hidup panjang. Dengan kemalu-maluan kucoba juga membabarkan dua helai daunku, tetapi tentu ta' setanding dengan daun pinang itu. Setahun... dua tahun... ke enam tahunnya.


     Pohon pinang yang ramping permai melenggang lenggok dengan daunnya, bersorak-sorai menimbulkan in hatiku. Sombong nian pohon itu congkak-melagak. Melenggang sepanjang hari. Riang girang bersorak-sorai selama waktu. Ta' tentu alam kelam dan panas tenk, hujan petir guruh-gemuruh. Dalam hati terbit ingin bertalu-talu iri cemburu melihat teman digantungi bola emas meluyut di bahu. Beberapa seluk anggotaku terpaksa kutanggalkan. Kutolak hidupnya. Jatuh ke bumi. Kering kuning, daun yang hijau berserak di bawah. Gundul aku oleh nasib yang dibikin-bikin ini.

     Merangai* tabi'atku memaksa hidup seperti ini. Batangku seakan-akan ta' sudi menerima air hujan Kupilih hidup begini dalam musim kehausan. Lesu letih sekujur tubuhku. Pada pohon pinang tadi jangan dikatakan lagi maluku, ta' dapat dibandingkan. Sebab padanya tidak dia semerangai ini. Beberapa kali aku menanggung hidup yang diayun, diempas, berjuang sengsara.

     Sejak dari tangan manusia sampai ke dalam tanah dan terus pula menjadikan buah. Napas sebuah-sebuah, hampir ta' sanggup menderita tiap-tiap perubahan hidupku ini. Merana hidupku.

     Pada beberapa ranting kecil-kecil menjulur putik. Inikah yang dikatakan menjadi buah, sebagai pohon pinang dengan pinangnya? Beginikah yang dirasai oleh pohon pinang itu sebagai kurasai sekarang ini?

     O Tuhan, kalau pohon mangga pandai berbicara tentu dia akan bercerita apa yang telah dideritanya waktu tumbuhnya. Ahli filsafat dan orang pandai-pandai hanya dapat mengetahui hidupnya itu dan mengerti keluhan pohon mangga tadi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Aliran-Aliran Sastra"

Posting Komentar