CONTOH KARYA SASTRA NON IMAJINATIF
Disusun
oleh :
Muhammad Jammal Baligh
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2013
Muhammad Jammal Baligh
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2013
Karya sastra seperti yang kita ketahui dibagi menjadi 2 genre, yaitu karya sastra non imajinatif dan karya sastra imajinatif. Karya sastra non imajinatif terdiri atas: esai sastra, kritik, biografi, otobiografi, memoar, catatan harian, dan sejarah. sedangkan karya sastra imajinatif terdiri atas: puisi, prosa, dan drama.
Berikut ini saya akan menyampaikan tentang contoh karya sastra non imajinatif.
ESAI SASTRA FORMAL
Mengawali Cinta Perpustakaan
dari Cinta Membaca dan Menabung
Indonesia dikenal sebagai bangsa
dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat setelah Cina, India, dan Amerika
Serikat (www.wikipedia.com). Jumlah penduduk yang sangat besar itu dapat
menjadi aset terpenting bagi negara jika sumber daya manusianya mempunyai
standar kualitas yang sama baik. Tetapi pada kenyataannya, jurang pemisah dalam
tatanan sosial dirasa belum bisa terjembatani. Maksudnya, jarak antara
masyarakat kaya dengan golongan ekonomi menengah ke bawah sangatlah curam.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak berkesempatan mencicipi dunia
pendidikan formal, bahkan lebih dari 15% yang tergolong buta aksara pada usia
sekolah.
Dengan berpatokan pada pentingnya
pendidikan bagi kehidupan sebuah bangsa, seharusnya masyarakat beserta
pemerintah dapat bekerja sama dengan baik dalam upaya menciptakan kondisi
sumber daya manusia yang berpendidikan dan berwawasan luas. Sebenarnya cara
paling sederhana yang pasti dapat dilakukan adalah dengan membiasakan diri
gemar membaca. Minimal separuh dari jumlah masyarakat Indonesia yang majemuk
ini harus mempunyai satu hobi yang sama yakni membaca.
Apabila masyarakat telah mempunyai
kebiasaan atau rutinitas untuk membaca seperti layaknya makan, minum, ataupun
mandi, maka diharapkan kebiasaan ini bisa menjadi sebuah pegangan untuk
menumbuhkan sifat selalu ingin tahu lebih dalam. Dengan begitu, ia akan
mendapatkan informasi yang jauh lebih banyak setiap harinya tanpa ada paksaan
atau kepentingan insidental terlebih dahulu. Ada berbagai cara yang tersedia
untuk mendapatkan sumber bacaan, salah satunya adalah melalui perpustakaan.
Perpustakaan semestinya dapat
menyediakan layanan yang bisa membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan
informasi. Berbagai manfaat dan kemudahan ditawarkan demi meningkatkan minat dan kepedulian masyarakat
terhadap perpustakaan. Akan tetapi, perpustakaan yang sering dijumpai masih
kalah jauh dalam hal jumlah pengunjung dibandingkan dengan toko-toko buku
ternama. Apalagi kuantitas orang yang benar-benar mengkonsumsi buku atau
informasi tersebut. Oleh karena itu bisa dipastikan ada beberapa alasan yang
menyebabkan kondisi demikian.
Pengertian dan Fungsi Perpustakaan
Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti
kitab atau buku-buku. Setelah mendapat awalan per- dan akhiran an, perpustakaan
mengandung arti (1) kumpulan buku-buku bacaan, (2) bibliotek, dan (3) buku-buku
kesusasteraan (Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI, 1988). Namun seiring dengan
kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat, pengertian perpustakaan juga
mengalami perubahan. International Federation of Library Association and Institutions membatasi
perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak dan media noncetak dan atau sumber
informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan
pemakai. Perpustakaan yang berkembang
sekarang digunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan,
penelitian, rekreasi, pelestarian budaya bangsa, serta berbagai layanan jasa lainnya. Maka dari itu fungsi atau
kegiatan pokok dari perpustakaan adalah mengumpulkan informasi, merawat, dan
menyediakannya untuk dapat digunakan masyarakat (Sutarno, 2003:1).
Sistem
Informasi Perpustakaan
Secara umum, informasi yang
bermanfaat sebenarnya hanya bermakna kecil sebelum sampai dan dimanfaatkan oleh
pengguna secara spesifik (Yusup, 2009: 355). Oleh karena itu, perpustakaan
harus bisa bersaing dengan pesaing swasta serupa, misalnya toko buku, namun
dengan tidak meninggalkan misi sosialnya. Pada zaman globalisasi, sulit untuk
dapat memenangkan persaingan bisnis tanpa adanya strategi manajemen yang baik.
Selain pengaturan manajemen internal dan organisasi dari perpustakaan,
pemasaran juga merupakan salah satu aspek penting.
Iklan atau promosi diperlukan sebagai
jalan meraih hati masyarakat. Dalam menentukan sasaran iklan, wajib diingat
bahwa hasilnya harus selalu dapat dikuantifikasikan, baik itu adalah sasaran
jangka pendek, maupun jangka panjang (Hahn, 1999:2). Pengembangan strategi
hendaknya berbasis riset, serta mencermati apa yang dilakukan pesaing maupun
asosiasi dagang serupa.
Menciptakan Masyarakat Cinta Membaca
Salah satu faktor terpenting dalam
upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah pendidikan.
Manusia yang berpendidikan, berpengetahuan luas, dan berbudi baik, dapat
dijadikan melalui proses gemar membaca. Membaca merupakan sarana pembelajaran
mandiri yang mudah dan sederhana. Sedangkan sumber bacaan yang lengkap dan
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, salah satunya
adalah perpustakaan.
Keberadaan perpustakaan di
Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup dari masyarakat sekitar. Hal ini
dapat disebabkan oleh rendahnya kebiasaan dan minat masyarakat untuk membaca.
Untuk itu terlebih dahulu harus diciptakan suatu kecintaan akan membaca dalam
masyarakat. Jika kecintaan akan membaca telah menjadi kebiasaan rutin dan
kebutuhan yang harus dipenuhi seperti layaknya kebutuhan akan sandang, pangan,
atau papan, maka secara otomatis akan timbul kepedulian terhadap perpustakaan
sebagai sumber yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Menciptakan masyarakat yang cinta
membaca bukan hal yang dapat dilakukan secara instant. Perlu waktu yang
cukup lama untuk bisa menanamkan kebudayaan gemar membaca. Seyogyanya,
kebiasaan ini diajarkan sejak dini. Oleh karena itu, dalam menanamkan kebiasaan
cinta membaca diperlukan peran dan kerja sama dari beberapa pihak, seperti
keluarga, guru, para pustakawan,
serta pemerintah. Dalam hal ini orang tua yang merupakan orang-orang terdekat
anak, berpengaruh paling besar terhadap pembentukan karakter anak. Biasanya
seorang anak kecil akan meniru apa saja yang dilakukan orang tuanya, termasuk
jika orang tuanya gemar membaca atau membeli buku.
Peran terbesar berikutnya adalah
dari para guru, dosen, ataupun pendidik lainnya. Di sekolah, pendidik hendaknya
memberikan tugas atau menggunakan metode pengajaran yang banyak menyuruh siswa
mencari informasi sendiri dari berbagai sumber buku yang ada di perpustakaan.
Mereka bahkan dapat diminta untuk membuat ringkasan dari buku yang dibaca.
Pendidik juga harus dapat memberikan contoh yang baik, yaitu dengan rajin
meminjam buku di perpustakaan sekolah.
Selain itu para pustakawan
diharapkan pula dapat membuat program-program dan tawaran yang dapat menarik
minat pengunjung. Misalnya dengan memberikan penghargaan kepada siswa yang
paling banyak meminjam buku di perpustakaan sekolah. Di lain pihak, pemerintah
juga harus selalu memperhatikan perkembangan dan mendukung keberadaan perpustakaan-perpustakaan,
terutama perpustakaan umum. Contohnya dengan memberikan subsidi pengembangan
perpustakaan, memberikan software-software yang dapat mempermudah sistem
pelayanan, misalnya dalam katalogisasi, dan lain sebagainya.
Menciptakan Masyarakat Cinta Menabung
Di Indonesia, terutama di Kota
Malang, perpustakaan belum bisa dimasukkan dalam kategori tempat yang gemar
didatangi oleh masyarakat. Baik perpustakaan umum maupun perpustakaan sekolah
yang telah dibuat sedemikian rupa untuk menarik minat pengunjung, juga tidak
bisa menandingi ramainya toko-toko buku, Gramedia misalnya. Walaupun
perpustakaan dan toko buku memiliki beberapa kemiripan fisik, yakni identik
dengan tumpukan atau kumpulan buku dalam rak-rak yang tersusun rapi dan
sistematis dalam suatu ruangan, keduanya mempunyai perbedaan fungsi yang
mendasar.
Apabila dipahami lebih lanjut,
dapat diambil salah satu asumsi bahwa sebagian dari masyarakat yang sudah mulai
cinta membaca, belum cinta menabung. Sehingga mereka lebih senang membelanjakan
uangnya untuk membeli buku, bukan meminjam buku. Maka dari itu, toko-toko buku
menjadi lebih laris ketimbang perpustakaan. Padahal dengan hanya meminjam buku
di perpustakaan, mereka dapat menghemat uang sakunya berkali-kali lipat. Budaya
menabung dan akal untuk memperoleh ilmu setinggi-tingginya dengan biaya
serendah-rendahnya harus ditanamkan juga dalam kehidupan sehari-hari sejak
dini. Dalam hal ini, keluarga lah yang paling berperan membentuk kepribadian
anak menjadi suka menabung.
Menciptakan Masyarakat Cinta Perpustakaan
Selain upaya menciptakan masyarakat
cinta membaca dan menabung dalam rangka membangun masyarakat cinta perpustakaan, usaha peningkatan kualitas
perpustakaan itu sendiri merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Perpustakaan
harus mempunyai nilai-nilai lebih yang dapat menarik minat pengunjung.
Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap perpustakaan dapat disebabkan akhibat
minimnya pengetahuan mereka akan kedudukan perpustakaan.
Banyak cara yang bisa dilakukan oleh
perpustakaan untuk menarik minat masyarakat cinta perpustakaan, diantaranya
dengan promosi perpustakaan lewat media publikasi umum, sistem pesan antar, dan
peningkatan kuantitas dan kualitas sumber informasi.
KRITIK
Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni di SD
Muhammadiyah. Saat itu menjadi saat yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin
bersekolah di SD Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A
Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah
akan ditutup jika murid yang bersekolah tidak genap menjadi 10. Mereka semua
sangat cemas. SD Muhammadiyah adalah SD islam tertua di Belitung, sehingga jika
ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan
anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi
ini berada.
Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang
yang keterbelakangan mental. Ia menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin
bersekolah serta menyelmatkan berdirinya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah
dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka
dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah
cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian
bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh
Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama
Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi
dari rumahnya ke sekolah.
Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan
kesepuluh anak yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Bu Mus
yang meupakan guru terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama
tersebut untuk mereka. Karena bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi.
Saat susah maupun senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada
malam harinya kelas tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD
Muhammadiyah itulah Ikal dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang
menarik.
Seperti saat kisah percintaan antara Ikal dan A Ling.
Awalnya Ikal disuruholeh Bu Mus untuk membeli kapur di tokoh milik keluarga A
Ling. Ia jatuh cinta pada kuku A Ling yang indah. Ia tidak pernah menjumpai
kuku seindah itu. Kemudian ia tahu bahwa pemilik kuku yang indah tersebut
adalah A Ling, Ikal pun jatuh cinta padanya. Namun, pertemuan mereka
harus di akhiri lantaran A Ling pindah untuk menemani bibinya yang sendiri.
Kejadian tentang Mahar yang akhirnya mnemukan ide untuk
perlombaan semacam karnaval. Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam
acara tersebut. Mereka para laskar pelangi menari sperti orang kesetanan, hal
tersebut dikarenakan kalung yang mereka kenakan dari buah yang langkah dan
hanya ada di Balitong, merupakan tanaman yang membuat seluruh badan gatal.
Alhasil mereka pun menari layaknya orang yang tengah kesurupan. Namun berkat
semua itu akhirnya SD Muhammadiyah dapat memenagkan perlombaan tersebut.
Namun, pada uatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang
kaya pindahan ari SD PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak
kedatangan Flo di SD Muhammadiyah tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi
teman-temannya terutama Mahar, yang duduk satu bangku dengan Flo. Sejak
kedatangan anak tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek sehingga
membuat bu Mus marah dan kecewa.
Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa
maupun tangis. Namun di balik semua kecerian mereka, ada seorang murid yang
benama Lintang yakni anggota laskar pelangi yang perjuangannnya terhadap
pendidikan perlu di acungi jempol. Ia rela menempuh jarak 80 km untuk pulang
dan pergi dari rumahnya ke sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak
pernah mengeluh meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah
danau yang terdapat buaya di dalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat
cerdas. Terbukti saat ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah
perlombaan cerdas cermat. Ikal dapat menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar,
guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dengan jawabannya yang
membuat ia memenangkan lomba cerdas cermat.
Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus
diakhiri dengan perpisahan seorang Lintang yang sangat jenius tersebut.
Lintangdan awan-kawan membuktikan bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang
yang akhirnya dapat membuat seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan
kerja keraslah yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian,
setelah perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka
kawan-kawan Lintang dan juga bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya,
Lintang tidak dapat melnjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal
dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi anggota
laskar pelangi.
Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak
dewasa, mereka semua banyak mendapat pengalaman yang berharga dari setiap
cerita di SD Muhammadiyah. Tentang sebuah persahabatan, ketulusan yang
diperlihatkan dan diajarkan oleh bu Muslimah, serta sebuah mimpi yang harus
mereka wujudkan. Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan
teman-teman lainnya menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung.
Kritik
1.
Dalam
novel Laskar Pelangi ini novelnya terlalu panjang sehingga para pembaca akan
merasakn cepat bosan dan terlalu hambar,sebaiknya novel ini diceritakan lebih
ringkas lagi agar para pembaca tidak terlalu bosan dengan membaca novel ini.
2.
Dalam
novel ini tokohnya terlalu datar tidak ada perubahan tokok sehingga membuat
bosan bagi pembaca,sebaiknya ada perubahan dalam penokohanya.
3. Novel ini membuat para pembacanya
mendapat sedikit kesulitan karena adanya Bahasa Melayu, adanya ungkapan dan
khiasan dalam kalimat membuat cerita ini sedikit terasa sulit.
Walupun
terdapat beberapa kritik yang tidak mendukung novel ini,menurut saya novel ini mempunyai
tema yang bagus, memuat tentang
pendidikan. Selain
itu novel ini dapat membangkitkan kita agar tidak mudah putus asa jika ingin
meraih mimpi. Mengajarkan kita agar baik terhadap teman sesama dan mau untuk
saling membantu.
BIOGRAFI
Andrea Hirata
(Penulis Novel)
Andrea Hirata Seman Said
Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri
merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA
Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan
letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan
segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia
mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang
banyak memperlihatkan keperihatinan.
Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian
dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin.
Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud.
Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali
mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja.
“Andrea
diambil dari nama seorang wanita yang nekat bunuh diri bila penyanyi pujaannya,
yakni Elvis Presley tidak membalas suratnya,” ungkap Andrea.
Sedangkan Hirata sendiri
diambil dari nama kampung dan bukanlah nama orang Jepang seperti anggapan orang
sebelumnya. Sejak remaja itulah, pria asli Belitong ini mulai menyandang nama Andrea
Hirata. Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak kampung lainnya. Dengan
segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah
menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap
memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya.
Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah memperihatinkan. Namun karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi.
Di SD Muhamadiyah pula, Andrea bertemu dengan seorang guru yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah. Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah tak lebih dari 11 orang itu ternyata sangat berarti besar bagi kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenarnya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tak berhak untuk bersekolah di sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai rendahan.
Tentang sosok Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya. Berkat Bu Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tak heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea karena sosok Bu Muslimah. Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang guru. Sejak saat itu, Andrea tak pernah berhenti mencoret-coret kertas untuk belajar menulis cerita.
Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung halamannya, Andrea lantas memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta selepas lulus SMA. Kala itu, keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke Jakarta. Saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari sang nahkoda untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai ketimbang di pusat kota Jakarta. Dengan berbekal saran tersebut, ia pun menumpang sebuah bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus ternyata malah mengantarkan dirinya ke Bogor. Kepalang tanggung, Andrea lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut.
Beruntung bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Merasakan bangku kuliah merupakan salah satu cita-citanya sejak ia berangkat dari Belitong. Setelah menamtkan dan memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Berkat otaknya yang cemerlang, Andrea lulus dengan status cum laude dan mampu meraih gelar Master Uni Eropa. Sekembalinya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom dan mulailah ia bekerja sebagai seorang karyawan Telkom. Kini andrea masih aktif sebagai seorang instruktur di perusahaan telekomunikasi tersebut. Selama bekerja, niatnya menjadi seorang penulis masih terpendam dalam hatinya. Niat untuk menulis semakin menggelora setelah ia menjadi seorang relawan di Aceh untuk para korban tsunami. Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur lantas mengingatkannya terhadap masa lalu SD Muhamadiyah yang juga hampir rubuh meski bukan karena bencana alam. Ingatan terhadap sosok Bu Muslimah pun kembali membayangi pikirannya. Sekembalinya dari Aceh, Andrea pun memantapkan diri untuk menulis tentang pengalaman masa lalunya di SD Muhamadiyah dan sosok Bu Muslimah.
Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah memperihatinkan. Namun karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi.
Di SD Muhamadiyah pula, Andrea bertemu dengan seorang guru yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah. Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah tak lebih dari 11 orang itu ternyata sangat berarti besar bagi kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenarnya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tak berhak untuk bersekolah di sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai rendahan.
Tentang sosok Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya. Berkat Bu Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tak heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea karena sosok Bu Muslimah. Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang guru. Sejak saat itu, Andrea tak pernah berhenti mencoret-coret kertas untuk belajar menulis cerita.
Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung halamannya, Andrea lantas memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta selepas lulus SMA. Kala itu, keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke Jakarta. Saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari sang nahkoda untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai ketimbang di pusat kota Jakarta. Dengan berbekal saran tersebut, ia pun menumpang sebuah bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus ternyata malah mengantarkan dirinya ke Bogor. Kepalang tanggung, Andrea lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut.
Beruntung bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Merasakan bangku kuliah merupakan salah satu cita-citanya sejak ia berangkat dari Belitong. Setelah menamtkan dan memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Berkat otaknya yang cemerlang, Andrea lulus dengan status cum laude dan mampu meraih gelar Master Uni Eropa. Sekembalinya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom dan mulailah ia bekerja sebagai seorang karyawan Telkom. Kini andrea masih aktif sebagai seorang instruktur di perusahaan telekomunikasi tersebut. Selama bekerja, niatnya menjadi seorang penulis masih terpendam dalam hatinya. Niat untuk menulis semakin menggelora setelah ia menjadi seorang relawan di Aceh untuk para korban tsunami. Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur lantas mengingatkannya terhadap masa lalu SD Muhamadiyah yang juga hampir rubuh meski bukan karena bencana alam. Ingatan terhadap sosok Bu Muslimah pun kembali membayangi pikirannya. Sekembalinya dari Aceh, Andrea pun memantapkan diri untuk menulis tentang pengalaman masa lalunya di SD Muhamadiyah dan sosok Bu Muslimah.
Naskah setebal 700 halaman itu
lantas digandakan menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan kepada
Bu Muslimah yang kala itu tengah sakit, sedangkan sisanya dikirimkan kepada
sahabat-sahabatnya dalam Laskar Pelangi. Tak sengaja, naskah yang berada dalam
laptop Andrea dibaca oleh salah satu rekannya yang kemudian mengirimkan ke
penerbit. Bak gayung bersambut, penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan
menjualnya ke pasar. Tepatnya pada Desember 2005, buku Laskar Pelangi
diluncurkan ke pasar secara resmi. Dalam waktu singkat, laskar Pelangi menjadi
bahan pembicaraan para penggemar karya sastra khususnya novel. Dalam waktu
seminggu, novel perdana Andrea tersebut sudah mampu dicetak ulang. Bahkan dalam
kurun waktu setahun setelah peluncuran, Laskar Pelangi mampu terjual sebanyak
200 ribu sehingga termasuk dalam best seller. Hingga saat ini, Laskar Pelangi
mampu terjual lebih dari satu juta eksemplar.
Penjualan Laskar Pelangi semakin
merangkak naik setelah Andrea muncul dalam salah satu acara televisi. Bahkan
penjualannya mencapai 20 ribu dalam sehari. Sungguh merupakan suatu prestasi
tersendiri bagi Andrea. Terlebih lagi ia masih tergolong baru sebagai seorang
penulis novel. Padahal Andrea sendiri mengaku sangatlah jarang membaca novel
sebelum menulis Laskar Pelangi. Sukses
dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian kembali meluncurkan buku kedua, Sang
Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan dilanjutkan dengan buku ketiganya,
Edensor pada Agustus 2007. Selain meraih kesuksesan dalam tingkat penjualan,
Andrea juga meraih penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada
tahun 2007.
Perasaan bangga dan bahagia
semakin dirasakan Andrea tatkala Laskar Pelangi diangkat menjadi film layar
lebar oleh Mira Lesmana dan Riri Riza. Apalagi film laskar pelangi juga sempat
ditonton oleh orang nomor satu di negeri ini, Susilo Bambang Yudhoyono.
Menjadi seorang penulis novel
terkenal mungkin tak pernah ada dalam pikiran Andrea Hirata sejak masih
kanak-kanak. Berjuang untuk meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala
itu. Namun, seiring dengan perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu
meraih sukses sebagai penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan
keprihatinan.
OTOBIOGRAFI
Dewi Lestari – Penulis Buku dan penyanyi
Dewi Lestari adalah salah satu
tokoh Indonesia yang sukses di bidang Musik dan juga sastra. Yang satu ini,
wanita yang lahir di Bandung pada tanggal 20 Januari 1976 ini mengawali kisah
suksesnya dengan menjadi penulis. Meluluskan sekolah di SMA Negeri 2 Bandung,
Dee, sapaan akrabnya kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Parahyangan
jurusan Hubungan Internasional. Latar belakang pendidikannya ini membuatnya
fasih merangkai kata, yang kemudian mendorongnya menjadi seorang penulis dan
juga penyanyi terkenal.
Kehidupan
pribadi
Dee terlahir sebagai anak
keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Turlan br
Siagian (alm). Marcell Siahaan merupakan suami pertama Dee. Mereka menikah pada
tanggal 12 September 2003. Setahun kemudian putra pertama mereka lahir dan
diberi nama Keenan Avalokita Kirana. Nama putranya diabadikan Dee sebagai salah
satu karakter utama dalam novel terkenalnya yang berjudul Perahu Kertas.
Pernikahan ketiga. Tidak lama
melajang, Dee kemudian menikah lagi pada tanggal 11 Nopember 2008 di Sydney.
Suami keduanya bernama Reza Gunawan dan dari hasil pernikahannya ini, mereka
mempunyai seorang putri bernama Atisha Prajna Tiara (23 Oktober 2009).
Karir Menulis
Menulis merupakan hobi Dee.
Trilogi supernova merupakan karyanya yang membuatnya menjadi novelis handal di
kancah perbukuan Indonesia. Sebelumnya ia memang belum dikenal masyarakat,
padahal sebelum melesat lewat group vocal Rida Sita Dewi, tokoh Indonesia ini sudah
menulis sejak SMA. Ia sering mengeluarkan tulisan yang dimuat di berbagai media
masa. Karya cerpennya yang dimuat pada tahun 1993 yaitu di Jendela Newsletter.
Selain itu ada juga di Majalah Mode, serta menjadi juara pertama lomba menulis
cerpen di majalah Gadis.
Tahun 2001, era keemasan dalam
karir menulisnya mencapai puncak saat ia merilis novel sensasionalnya,
Supernova Satu: Ksatria, Puteri dan bintang Jatuh. Novel ini dirilis tanggal 16
Februari 2001. Penjualan novelnya menembus angka 12.000 eksemplar dalam tempo
35 hari dan mencapai kurang lebih 75.000 eksemplar. Dee yang cerdas menyisipkan
banyak sekali istilah sains dalam novelnya padahal novelnya bergenre romance.
Kesuksesan Supernova Satu tidak
hanya di Indonesia. Ia menjadi tokoh dunia ketika novelnya diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling, seorang penulis dan penerjemah asal
Australia. Selain itu, berkat novel ini pula Dee menjadi salah satu nominator
Khatulistiwa Literary Award (KLA) ysng merupakan salah satu penghargaan buku
terpopuler di Indonesia.
Sekuel
kedua Supernova menguang sukses novel terdahulu. Novel berjudul Akar ini rilis
pada tanggal 16 Oktober 2002. Walaupun ada sedikit insiden karena pemasangan
simbul suci agama Hindu dalam cover bukunya. Namun setelah permasalahan ini
selesai, Dee melanjutkan Supernova ke sekuel selanjutnya.
Tiga
tahun kemudian, sekuel terakhir Supernova terbit. Novel dengan judul Petir ini
mengikuti sukses dua sekuel terdahulu. Kisah di novel ini masih terkait dengan
dua novel sebelumnya. Hanya saja ia memasukkan 4 tokoh baru dalam Petir, salah
satunya adalah Elektra, tokoh sentral yang ada di novel tersebut
Karya
Dee yang merupakan salah satu inovasi di dunia perbukuan Indonesia adalah
paduan fiksi dan musik dalam buku sekaligus album Rectoverso. Buku ini terbit
pada Agustus 2008. Ini adalah mahakarya unik dan pertama di Indonesia. Rectovirso
merupakan hibrida dari fiksi dan musik, terdiri dari sebelas cerita pendek
dan sebelas lagu yang bisa dinikmati secara terpisah
maupun bersama–sama. Keduanya saling
melengkapi bagaikan dua imaji yang seolah berdiri sendiri tapi sesungguhnya merupakan
satu kesatuan. Inilah cermin dari dua dunia Dewi lestari yang ia ekspresikan
dalam napas kreatifitas tunggal bertajuk Rectoverso. Cerpen yang paling
terkenal dari buku ini adalah Malaikat Juga Tahu yang mengisahkan cinta seorang
ibu kepada anaknya yang menderita autisme. Cerpen ini juga disajikan dalam
sebuah lagu, dengan kisaah dan judul yang sama.
Novel yang lebih sensasional
karya Dee dan juga difilmkan tahun 2012 adalah Perahu Kertas. Novel ini
diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2009. Naskah novel ini sendiri
sudah tersebar luas di internet namun tanpa bab terakhir. Namun walaupun begitu,
para fans tetap menunggu-nunggu novelnya terbit karena ingin mengetahui
bagaimana kisah akhir antara Kugi dan Keenan.
Melalui kisah kepenulisannya,
Dee juga dianugerahi A Playful Mind Award (2003) dan dinobatkan menjadi salah
satu Generasi Biang Extra Joss (2004). Dee terlebih dahulu dikenal sebagai penyanyi rekaman dan penulis lagu.
Dee juga tercatat sebagai penulis skenario untuk film adaptasi novelnya, Perahu
kertas.
Karir Menyanyi
Selain sebagai penulis buku,
pada saat bersamaan Dee juga menekuni bidang tarik suara. Musik merupakan
kegemarannya dari kecil selain menulis. Ia juga mewarisi bakat dari ayahnya
yang belajar piano secara otodidak. Dalam dunia musik, namanya dikenal setelah
ia bergabung dalam sebuah grup musik Rida Sita Dewi (RSD).
RSD terbentuk atas prakarsa Ajie
Soetama dan Adi Adrian pada tahun 1994 yang beranggotakan Rida Farida, Sita
Nursanti, dan Dewi Lestari. Bersama grup ini, Dee meluncurkan beberapa album
yaitu Antara Kita (1995), Bertiga (1997), The Best Of Rida Sita Dewi (2002).
Beberapa lagu terkenal RSD adalah Kepadamu, Tak perlu memiliki, Ketika Kau Jauh
dan Terlambat Bertemu.
Karir solo Dee di bidang musik
diawali oleh album berbahasa Inggris berjudul Out Of Shell di tahun 2006. Dua
tahun kemudian, album hibrida dari fiksi dan musiknya, Rectoverso. Ada sebelas
lagu didalam album ini. Lagu yang dirilis pertama adalah Malaikat Juga Tahu dan
juga menjadi lagu yang paling terkenal.
MEMOAR
Soe Hok Gie - Aktivis
Soe Hok Gie (17 Desember
1942–16 Desember 1969) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa
Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.
Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin.
Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).
Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.
Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).
Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.
Hok Gie meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis, di puncak Gunung Semeru akibat menghirup asap beracun gunung tersebut.
John Maxwell menulis biografi Soe Hok Gie dengan judul Soe Hok Gie - A Biography of A Young Indonesian Intellectual (Australian National University, 1997).
Pada tahun 2005, catatan hariannya menjadi dasar bagi film Gie
Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin.
Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).
Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.
Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).
Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.
Hok Gie meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis, di puncak Gunung Semeru akibat menghirup asap beracun gunung tersebut.
John Maxwell menulis biografi Soe Hok Gie dengan judul Soe Hok Gie - A Biography of A Young Indonesian Intellectual (Australian National University, 1997).
Pada tahun 2005, catatan hariannya menjadi dasar bagi film Gie
CATATAN HARIAN
Selasa, 22 Oktober 2013
Hari ini tubuhku terasa lelah.
Mungkin seringnya bolak-balik ke kampus jadi faktor utama. Bagaimana tidak, jam
6 pagi aku harus sudah berangkat naik motor dari rumah. Belum lagi harus
menempuh perjalanan sejauh 37 km dan 1 jam perjalanan untuk sampai ke kampus
Universitas Wiralodra. Dan itu dilakukan selama 5 kali dalam seminggu. Banyak
teman-teman yang menyarankan untuk ngekost, tetapi aku lebih memilih untuk
pulang pergi aja, karena sensasi di jalan pantura itu lebih terasa. Banyak di
jalan banyak pengalaman. Selain itu, jadwal mata kuliahnya juga masih bisa
ditangani, ngga ada yang pulang jam 6 sore. Jadi, aku pasti bisa melewati
semester pertama ini dengan status pulang pergi (pp).
Rabu, 23 Oktober 2013
HAPPY BIRTHDAY TO ME... Ya, hari
ini adalah hari ulang tahunku yang ke-20 tahunan. Tak terasa umurku terus
bertambah dan bertambah. Banyak sekali teman-teman yang mengucapkan dan
mendo’akan baik lewat telepon, sms, facebook, twitter, whatsapp, line, maupun
secara langsung.
Disetiap hari ulang tahunku, aku
tak pernah dapat yang spesial dari orang yang spesial. Hanya ucapan dan do’a
dari keluarga dan teman-teman semualah yang membuatnya jadi terasa spesial,
lebih istimewa buat semangat hidupku dihari ini, esok, dan nanti... :’)
Kamis, 24 Oktober 2013
Hari yang cukup melelahkan, tapi
menyenangkan. Dimulai dari jam 10 pagi kondangan ke teman SMP yang hari ini
merit. Kemudian jam 12 siangnya harus berangkat kuliah. Selesai kuliah jam 4
sore langsung disuruh anak-anak buat maen
futsal di Bajri Square. Lumayan, bisa mencetak 4 gol, hehehe... selesai maen
futsal sekitar jam 6 sore. Dengan bergegas langsung pulang ke rumah karena
harus kondangan lagi ke temen waktu SD dulu. Kondangan melulu ya, lah aku kapan
dikondanginnya?
Ya beginilah punya banyak teman akrab, mau
tidak kondangan juga tidak enak. Tapi aku menikmati semua ini. Punya banyak
teman itu menyenangkan. Punya banyak pengalaman berharga yang didapat. Aku
sayang kalian my friends... *kecup satu-satu*
Jum’at, 25 Oktober 2013
Karena rambutku sudah terlalu
panjang, aku memutuskan untuk memotong rambut di Asgar. Teman sekelasku, Amin,
aku bawa sebagai modelnya. Model rambut Strip Acak yang aku mau. Dan kepalapun
jadi terasa lebih enteng, hahaha...
Sabtu, 26 Oktober 2013
BBM oh BBM... pengguna Android
dalam 3 hari ini sedang hangat-hangatnya membicarakan BBM. Ini bukan BBM (Bahan
Bakar Motor) buat kendaraan tapi BBM (BlackBerry Messenger) buat hape. Pengguna
hape Android dan Iphone patut berbahagia karena BBM-an ngga cuma milik pengguna
hape BB saja, hahaha. Pemilik hape BB sudah tidak ekslusif lagi euy.. Belum
lagi BB dikabarkan akan gulung tikar dalam beberapa tahun ke depan. Malang nian
nasibmu hape BB...
Minggu, 27 Oktober 2013
Seharian ini sibuk banget sama
yang namanya tugas. Emang lagi banyak banget tugas. Setiap mata kuliah pasti
ada tugas. Mau tidak mau ini mata diforsir dari pagi ngadepin laptop. Pegel?
Jangan ditanya lagi.. Tapi aku tetap semangat dalam menjalaninya. Kasihan sih
sebenarnya sama facebook dan twitter, dari pagi jadi jarang dimaenin. Sabar ya,
Cuma hari ini aja kok... J
Pokoknya seharian ini ngga ada
yang namanya jalan-jalan, ngga ada yang namanya cuci mata, ngga ada yang
namanya jemput cewe (emang aku ngga punya cewe sih). Cuma tugas yang jadi
prioritas aku saat ini.
Senin, 28 Oktober 2013
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia..
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertanah air satu, tanah air
Indonesia..
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia..
Selamat hari Sumpah Pemuda...
semoga pemuda-pemudi jaman sekarang
lebih bisa berprestasi lagi demi membangun bangsa dan negara. MERDEKA!!!
0 Response to "Contoh Karya Sastra Non Imajinatif"
Posting Komentar