Sinopsis Novel Kuncup Berseri Karya Nh. Dini



Sinopsis Novel Kuncup Berseri Karya Nh. Dini - Selamat malam, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis novel Kuncup Berseri karya Nh. Dini yang diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1982.

Novel ini bercerita tentang masa ketika Dini duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ibunya adalah seorang janda. Karena bapaknya sudah meninggal, ibunya harus menghidupi Dini dan ketiga saudaranya pada masa awal kemerdekaan RI. Dini dan ketiga saudaranya sejak kecil diajar untuk menghormati pemakaian atau penggunaan sumber alam tanpa kecerobohan.

Namun bagi Dini semua itu tidak menyurutkan semangatnya untuk meneruskan pendidikan. Ia memutuskan sendiri untuk masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) bagian sastra. Sebagai siswa di sekolah Dini termasuk anak yang sangat rajin dan kreatif. Ia rajin menulis naskah drama, puisi, dan karya sastra lainnya. Lalu, bersama teman-temannya ia memainkan sandiwara yang ia tulis dan disiarkan di radio RRI kala itu. Mereka memberikan nama kelompok sandiwara itu Kuncup Berseri.

Di SMA Dini menerusakan kebiasaannya memilih duduk di bangku belakang. Wadi dan Ninik adalah teman sekelas Dini. Teman-teman Dini sangat ramah terutama Wadi. Dini mempunyai cerita mengenai rahasia perasaan lelaki muda. Wadi banyak memberitahunya cara-cara memikat wanita, teknik mencium sehingga sampai cumbuan lain yang meningkat ke taraf lebih intim. Berkat Wadi dan paman Sarosa, perbendaharaanku dalam hal ini menjadi kaya. Halaman-halaman yang kuisi dengan pengalaman “cerita cinta” di waktu mudaku kusisihkan, disimpan oleh saudaraku.

Setelah hidup di barat, di mana kebudayaan, terutama dunia penulisan merupakan lapangan penuh kebebasan mutlak, kadang-kadang aku tertegun dan merasa kaget jika kembali di hadapan para lelaki pengkritik. Aku mengenal sifat dan pribadi orang-orang yang bergaul denganku berpuluh tahun yang silam. Tetapi setelah berpisah sama sekali tidak berhubungan lagi baik melalui surat maupun berhadapan muka. Melihat semua itu, aku lebih baik menjauhkan diri.

Setiap bulan Dini merasa bagaikan seseorang yang paling merana di dunia ini. Ketika tiba masanya badan tidak mampu lagi memenuhi tugas seperti hari sebelumnya. Selama itu Dini tidak masuk sekolah, ditambah pula oleh kenyataan sekitar, baik di sekolah, lingkungan keluarga maupun organisasi yang selalu mengabaikan atau mengecilkan peranan sebagai wanita.

Rasa rendah diri sebagai seorang anak perempuan, mengejar, dan menghantuiku selama beberapa waktu. Itu menghilang beberapa secara berangsur-angsur berkat pertolongan orang tuaku, bersamaan dengan keteguhan rasa kepercayaan kepada diri sendiri yang datang dari perbincangan bersamanya. Percakapan dengan Ibu sangat membawakan manfaat. Karena dari didikan tradisi yang nampaknya kuno serta ketinggalan zaman itu, pada hakikatnya penuh dengan macam-macam pertimbangan yang dapat diterima akal, serta tepat diterapkan bagi masanya. Hatiku yang selalu jauh dari orang tuaku, semakin erat berdampingan dengannya. Kesediaan kami mendengarkan pendapat baru amat memberanikanku untuk berpendapat lagi. Dari waktu itulah aku belajar berbincang dan berdiskusi.

Pada tahun kedua dan ketiga di Sekolah Menengah Atas, untuk kesekian kalinya aku jatuh cinta. Pemuda yang kurindui adalah seorang penyakit berbakat. Berkat keterangan-keterangan yang kuperoleh dari temanku Wadi, dan pamanku Sarosa, waktu itu aku lebih mengerti perasaan-perasaan lelaki. Setahun lamanya aku bergaul dengan penyair itu. Akhirnya aku sadar bahwa watak-watak kami terlalu kuat, terlalu keras untuk bisa berjalan bersama. Jarak tempat tinggal yang berjauhan pun memberikan sebab-sebab yang menguatkan pertengkaran. Karena aku sangat cemburu. Dengan penuh kesadaran bahwa pergaulan kami tidak akan berlangsung selama bertahun-tahun, namun aku berharap kebersamaan kami sepenuh-penuhnya walaupun itu hanya untuk beberapa waktu.

Lalu perhatianku terpikat oleh seorang pengarang muda yang berasal dari Palembang. Itu terjadi pada kunjunganku yang kedua kalinya ke ibu kota. Demikianlah waktu-waktu remajaku kuhidupi. Disusul masa-masa sekolah yang terhambat, akhirnya aku dapat menyelesaikan pendidikan menengah atas. Umurku dua puluh tahun, dihadapkan pada pemilihan kelanjutan yang harus kutempuh. Hari pertama berlangsung seperti biasa. Aku terdaftar di kelas di mana tidak ada seorang pun yang kukenal dengan baik. Artinya tak ada yang kusukai.

Pelajaran-pelajaran baru bagiku adalah bahasa Jawa Kuno, Jerman dan Perancis. Jawa Kuno diberikan oleh seorang guru laki-laki. Ia sendiri mewakili keantikan yang berumur lebih dari lima puluh tahun. Badannya tinggi, besar dan lebar. Selama tiga tahun, di kemudian hari ketika aku sudah merasa kerasan di gedung itu, aku sering duduk-duduk di tangga depan yang mengarah ke jalan besar Bojong. Bahasa Perancis juga diberikan oleh guru wanita kami. Menurut beredar berita yang beredar dikalangan murid-murid, ia merupakan guru pertama dari seluruh Indonesia yang menerima beasiswa untuk pergi melengkapi pengetahuannya ke Paris. Guru bahasa perancis itu manis. Seluruh jasmaniah menarik, memiliki daya kehadiran yang menguasai kelas. Tentu saja aku lebih memperhatikan dirinya daripada pelajaran yang diberikannya.

Teguh sudah lulus dari SMA bagian Sastra. Sejak beberapa waktu itu ia menghabiskan waktu dan uang tabungannya buat pergi ke Sala dan Yogya. Ia ingin melihat kemungkinan-kemungkinan meneruskan belajar tanpa banyak mengeluarkan biaya. Setelah kembali kami berdua membentuk perkumpulan sandiwara. Kuusulkan nama Kuncup Seri. Kuncup, karena anggota-anggotanya para pekerja seni yang masih muda. Seri, dari berseri, bercahaya, bersemarak, dan segar.

Kami juga menerima undangan untuk bermain pada malam-malam perayaan sekolah. Yang kami tampilkan sebagai naskah-naskah bermacam-macam. Kadang-kadang karangan teguh, kadang-kadang karanganku. Bersamaan dengan terbentuknya Kuncup Seri, cerita pendekku “Pendurhaka” dimuat oleh majalah kisah yang terbit di Jakarta. Pada waktu itu nama-nama anggota redaksinya memberi jaminan akan nilai-nilai isinya. Sebab itulah aku mengirim cerita ku ke sanah.

Itulah tadi sinopsis novel Kuncup Berseri karya Nh. Dini. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sinopsis Novel Kuncup Berseri Karya Nh. Dini"

Posting Komentar